Extra Part 54: Maaf

1803 Kata

Alam bersedekap. Duduk diam menatap mantan. Ah, benar. Sore itu Alam setujui permintaan Lian yang katanya ingin bicara sampai jauh-jauh datang ke tempat kerjanya. Tak sampai hati Alam usir, meski sudah tak lagi menyukai, tapi Alam masih manusiawi. Terlepas dari pengkhianatan yang Lian beri. "Waktu saya tidak banyak." Jadi, cepatlah. Alam ingin segera pulang. Namun, sepertinya Lian sengaja mengulur waktu dengan diam. "Katanya ada yang mau dibicarakan." Lian genggam gelas latte-nya. Duduk berdua dengan mantan di sebuah kafe, Lian embuskan napas pelan. Meski latte itu tak benar-benar dia nikmati, anggaplah hanya teman duduk saja agar tidak terlalu kosong meja mereka. "Anak-anak ..." menatap Alam, memulai, "gimana kabarnya?" "Baik." Alam sesap kafein dari gelas miliknya. "Serius mau tanya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN