“Risaaaa! Selamat, ya!” Di seberang sana, Salma tampak heboh. Malam ini dia memang tiba-tiba mengajakku video call. Kalau diingat lagi, ini pertama kalinya kami melakukan panggilan video sejak dia menetap di Jogja. “Makasih banyak, loh!” “Apa kataku! Kamu beneran jawara nasional. Keren!” “Beneran alih profesi jadi cenayang, ya, Ma?” “Iya. Makanya bayar, sini, kalau mau aku ramal.” “Syirik, Ukhty.” Salma tertawa. “Bercanda, keles.” “Selamat juga buat kamu, Ma. Kamu juga tinggi, loh, rangkingnya. Masih tiga puluh besar nasional. Malah CBT kamu masuk dua puluh besar, ya? Padahal, saat itu kamu lagi kacau banget. Coba kalau enggak? Pasti jauh lebih tinggi. Bisa-bisa lima besar.” “Aku bisa lulus oneshot aja udah seneng banget, Ris. Enggak berharap yang gimana-gimana. Nilai tinggi itu b

