101. Si Dia

2203 Kata

Suasana canggung tak terelakkan lagi. Sudah lebih dari lima belas menit, baik aku ataupun Mas Arga kompak diam dan sibuk dengan makanan masing-masing. Sejak tadi hanya terdengar suara denting yang ditimbulkan oleh sendok dan piring. Bicara makanan, rasanya cukup enak. Memang lumayan asing di lidahku, tetapi masih bisa diterima dengan baik. Aku tidak tahu apa namanya karena Mas Arga belum memberi tahu. “Ehm!” aku berdehem pelan, lalu beranjak menuju pantri. Aku mengambil air mineral di sana, kemudian kembali ke meja makan. Mas Arga kini menatapku. “Sarapannya kurang atau enggak? Kalau kurang, Mas ambilin lagi.” “Cukup. Ini aja udah kenyang.” “Oke.” Aku langsung mencibir saat melihat Mas Arga kembali sibuk dengan makanannya. Aku tidak yakin dengan apa yang dia pikirkan saat ini sampai

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN