Aku tak sanggup pulang ke rumah, pun tak sanggup ikut mertua. Alhasil, malam ini juga aku memutuskan untuk pulang ke apartemen Mas Arga. Toh selain punya kartu akses, aku juga sudah tahu nomor sandi untuk masuk. Baik Papa dan Mama ataupun Ayah dan Ibu langsung maklum. Jadi, mereka membolehkan. Kedepannya, mungkin aku akan lebih sering tinggal di apartemen ini. Selain mengobati kangen, juga agar aku lebih tenang dalam belajar. Sebelum ke apartemen, aku menyempatkan membeli keperluan pribadi— termasuk itu makanan. Tentu, diantar Papa dan Mama. Ayah dan Ibu pulang lebih dulu. Dengan kata lain, mobil Mas Arga justru dibawa Papa. “Kamu serius mau nginep di sini malam ini?” tanya Mama, lengkap dengan tatapan khawatir. “Serius banget, Ma. Anggap aja buat ngobatin rasa jengkel karena dikasih t

