Dokter Arga membawaku ke rumah makan pinggiran kota. Aku tidak yakin ini sudah masuk kabupaten mana, tetapi kondisi sekitar sudah tidak lagi ramai. Rumah makan ini juga temanya seperti gubug bambu. Sekitarnya banyak sawah dan beberapa tanaman hijau. Asri sekali. Angin yang berembus di sekitar juga cukup kencang. Beberapa kali sampai menerbangkan rambut. Tadi kami memang naik mobil agak jauh. Aku tidak bertanya karena sepanjang perjalanan lebih memilih diam. Kalau aku tidak salah menebak, mungkin ini sudah masuk area Bogor. “Kamu mau makan apa?” Dokter Arga menyodorkan buku menu padaku. “Yang best seller di sini menu ikannya, tapi saya lebih sering makan ayam kampungnya. Dagingnya lembut dan bumbunya meresap.” Aku melihat menu, makanannya memang tampak menarik. Ada banyak sekali jenisny

