Risa’s POV Dokter Arga masih saja menganga tak percaya. Dia tampak benar-benar kehabisan kata-kata. Bahkan setelah aku menggerakkan tangan di depan wajahnya, dia belum juga bereaksi. Aku maklum. Dia pasti kaget luar biasa. Ternyata, yang memperebutkannya tidak hanya dari kalangan perempuan, tetapi juga kalangan laki-laki— yang mana itu jenisnya sendiri. Bagian ini sepertinya dia tidak pernah menduga sedikit pun, sama sepertiku. “D-dok? Dokter? Hallo?” aku kembali menyenggol lengan Dokter Arga. Dia menoleh, tetapi tatapannya masih agak kosong. “Dokter kaget itu sangat wajar, kok. Saya pun waktu pertama kali tahu juga sampai nganga. Tapi mau sampai kapan Dokter akan diam terus kaya gini?” Pesanan kami datang, jadi obrolan terinterupsi. Dokter Arga masih sempat mengangguk, tetapi hanya it

