91. Ancol Punya Cerita

2216 Kata

Kurasa memang sudah tidak ada alasan lagi untuk menunda mengubah panggilan. Sudah sejauh ini, sudah pula seserius ini. Rasa canggung, rasa kikuk, rasa aneh, semua akan kutepis. Aku yakin, cepat atau lambat akan terbiasa. Kali ini benar-benar tidak ada lagi Dokter Arga, tetapi Mas Arga— kecuali saat di rumah sakit, tentu saja. “Mas, lihat ini! Cantik atau enggak?” tanyaku sembari mencoba topi yang dijual di area sekitar pantai. Meski hari sudah sore, tetapi matahari masih menyorot dengan begitu panasnya. Karena aku tidak tahu kalau tujuanya adalah pantai, jadi aku tak membawa atribut pantai sama sekali. Alhasil, aku berencana membeli topi baru di pedagang yang ada di sana. Anggap saja, melarisi pedagang kecil yang sedang mencari nafkah untuk keluarga. “Cantik, kok. Topinya bagus.” “Yan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN