Qiana masih terpaku menatap Azka yang menggenggam dagunya, menahan dirinya agar tidak beranjak. Ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan, tapi tenggorokannya terasa tercekat. Perasaan yang dulu ia kubur dalam-dalam kini seakan ingin muncul kembali, tapi ia tahu lebih baik mengabaikannya. "Apa yang Tuan inginkan dari saya sekarang?" tanya Qiana lirih. "Tuan sudah mendapatkan segalanya. Kak Diana sudah sadar, Tiara akan kembali ke ibunya, dan saya bisa pergi seperti yang sudah kita sepakati. Jadi kenapa Tuan bersikap seperti ini?" Azka menggigit bibirnya, sorot matanya menyiratkan kebingungan dan emosi yang bercampur aduk. "Kamu tidak mengerti, Qiana. Saya pikir saya tahu apa yang saya inginkan. Saya pikir selama ini saya hanya ingin Diana kembali. Tapi sekarang—saya seperti tidak yakin