"Mas Azka!" teriak Diana, suaranya menggema di dalam ruangan. Tangannya mencengkeram sisi kursi rodanya, tubuhnya bergetar hebat. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. "Aku tidak bisa diam saja! Kamu telah merebut suamiku, Qiana!" Qiana membeku di tempat, sementara Azka langsung masuk dengan ekspresi tegang. Wajah Diana semakin pucat, napasnya memburu. Brak! Pintu kembali terbuka dengan kasar. Vera dan Dilah buru-buru menyusul masuk, ekspresi mereka panik setelah mendengar jeritan Diana. "Ada apa ini? Diana, tenang dulu!" seru Vera, segera menghampiri putrinya. Namun, Diana tidak bisa tenang. Matanya menatap tajam ke arah Azka dan Qiana secara bergantian, hatinya penuh dengan amarah dan kekecewaan. "Kamu menikah dengan perempuan ini selama aku koma?!" Suara Diana bergetar, hampir se