SEPERTI biasa, Lav akan bangun lebih pagi, membuat sarapan, lalu mandi, sebelum membangunkan Lion yang masih terbuai di alam mimpi. Lion sering memprotes tindakannya, karena kadang dia tidak berhasil mendapat jatah pagi, seperti yang berada di mimpinya semalam. "Li!" Lion mengerjap, dia menguap dan menatap Lav malas-malasan. "Males bangun." "Udah pagi ini. Ponsel lo dari tadi juga bunyi." "Lihatin, tolong, siapa yang nelepon," kata Lion, yang kini meraih bantal dan menyembunyikan wajah di baliknya. "Aksa," gumam Lav yang langsung mematung, sambil menatap satu nama yang tidak asing di telinganya. "Kalau telepon lagi, lo angkat, deh. Bilangin ke dia, gue nggak peduli dia mau ngomong apa, mau nikah, apa mau mati juga, terserah!" Lav hanya membatu. Lalu ia teringat akan Kinara yang bis