“Sayang.. Lepasin sebentar ya,” Andrean mencoba mengurai jari-jari Anisa dilengannya. Air seninya sudah berada di ujung moncong terompet miliknya. Bergerak sedikit saja, mungkin dua celana yang ia kenakan hari ini akan basah oleh ompol. “Aku cuman mau ke kamar mandi, Yang.” Pintanya memelas. Setelah mengusirnya, Anisa sama sekali tak ingin berjauhan. Wanita itu terus menempel layaknya amplop dengan perangkonya. Andrean bahkan tak memiliki banyak ruang gerak sebab sang istri yang tak ingin terpisah. Mereka seperti kembar dempet. “Nggak! Aku ikut aja. Nanti kamu pergi lagi kayak tadi!” keukeuh Anisa, tak ingin membiarkan mereka berjauhan walau hanya sekedar ke kamar mandi belaka. "Bisa-bisa kamu ninggalin aku lagi!" ‘Tadi kamu yang usir akuuuu!!’ Seandainya saja Andrean bisa meneriakkan