Pengintai

1117 Kata

"Pah, nggak mau sarapan bareng dulu?!" Tawar Andrean kala melihat papa mertuanya berjalan membelah paving yang melintasi taman-taman rumah pria itu. "Papa udah sarapan bareng Mama di dalem! Nggak kayak kalian yang lupa peraturan!" Dibelakang sang papa mertua, wanita super lembut yang Andrean jadikan ibu kedua menggunakan tangannya untuk menirukan ocehan penuh dendam pria di depannya. Demi Tuhan, andai tak mengingat statusnya sebagai menantu uji coba, Andrean akan membiarkan tawanya meledak sampai terkentut-kentut kalau perlu. Sayangnya, ia tak memiliki banyak keberanian. Biarlah angin dari pembuangan bawahnya keluar setelah kepergian sang papa mertua. 'Kamu masih bisa nahan kan, Nak?!' Monolog Andrean mengajak perutnya berdamai dengan keadaan. Bisa-bisa ia dipecat jadi menantu yang ada

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN