Pernikahan bersama Andrean tinggal menghitung jam. Wanita yang tengah memandangi halaman luas dari balik jendela kamar ruang tamu rumah orang tuanya itu masih menunggu datangnya keajaiban– keajaiban dimana sebuah pintu mobil terbuka menampakkan sahabat tercintanya. Ya, Anisa masih berharap pria itu dapat menyaksikan prosesi ijab kabulnya. Ia sungguh berharap Zidan akan datang layak-nya hari-hari kemarin, menghapus kesedihan yang menjalar di dalam hatinya. Masih ada satu jam sebelum prosesi itu berlangsung. “Anisa masih nggak mau ketemu siapa-siapa?” Sayup-sayup suara Andrean terdengar di balik pintu kamar yang ia tempati. Anisa memejamkan matanya lekat. Kekasihnya itu begitu pengertian menghadapi kedukaannya. Andrean bahkan tak pernah mengeluh atau menampakkan amarah ketika ia terus me