Di sebuah unit apartemen yang mewah, Selina menatap kartu hitam ditangannya. Disana tertera sebuah nama lengkap seseorang yang cukup familiar bagi Selina. Salah satu sahabat Andrean. Selina tak mengenalnya selama Zidan karena pria itu baru datang beberapa saat dan parahnya, dia adalah mantan kekasih maling tunangannya. Mengetatkan rahang, Selina meremas kuat apa yang ada ditangannya. Laki-laki itu telah memanfaatkan keadaan mabuknya. Dia mengambil apa yang seharusnya menjadi milik Andrean— hal berharga yang tak semestinya dijamah oleh orang lain, terlebih pria yang tidak ia cintai. Pagi tadi ia terbangun tanpa sehelai benangpun. Hanya selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Ia bukan tidak tahu apa yang menimpanya. Melalui mata telanjang sekalipun, ia mengerti jika pada malam sebelumnya i