Telinga Anisa dan Andrean berdengung. Zanuar benar-benar murka. Tepat setelah pintu kamar Anisa terbuka, pria yang membuat Anisa ada di dunia itu menyemprot habis-habisan Andrean. Makiannya bahkan tak putus meski makan malam telah berakhir beberapa menit lalu dan berakhir dengan terbukanya kelas sesi ceramah di ruang keluarga. Sesekali kedua mata pasangan muda itu menutup mendengar gebrakan meja yang dilayangkan Zanuar. “Bisa-bisanya kamu berpikir kalau saya mengizinkan kalian untuk melakukan hubungan suami istri!” Wajar Zanuar memerah– ia tak lagi menahan kesal karena telah mengeluarkan segala unek-uneknya. Walau begitu Zanur masih belum merasa puas. Ia tetap tak habis pikir dengan pikiran calon menantunya. “Mesra-mesraan. Bertingkah normal dengan nggak jaga jarak! Bukan ena-ena!” “Ma–