Anisa menangis sesenggukan di pelukan Andrean. Ia berada di luar ruang perawatan karena sang papa tak mengizinkan dirinya masuk ke dalam. Bersama keluarga Andrean, mereka masih setia menanti kemurahan hati Zanuar. Semuanya berdoa demi kelancaran itikad baik yang telah mereka rencanakan sebelumnya. “Anisa..” Panggilan dari Mama Zidan membuat Anisa bangkit. “Tante..” Anisa langsung membenamkan dirinya pada sosok yang juga ia anggap sebagai seorang ibu. “Mama, Tante..” Kepada Marini Anisa tak perlu menyampaikan banyak hal. Wanita itu dapat merasakan segalanya walau bibirnya hanya mengeluarkan tangisan. “Mama kamu pasti baik-baik aja.. Dia pasti cuman kaget.” Marini mengusap kepala wanita yang dicintai putrinya. Ia bukan tidak tahu putranya memendam perasaan– Sebagai seorang ibu dirinya