"Siang nyonya, tuan Arka sudah menunggu di ruangannya" sapa Janet sekertaris Arka yang berjaga didepan ruangan Arka
"Pak Danish sama Pak Asher sudah datamg belum ?" Tanya Dara
"Maaf nyonya belum" jawab Janet hanya di dehumkan Dara yang kemudian ia memasuki ruangan Arka
"Tumben banget sih.. ada apa ?" Tanya Dara baru memasuki ruangan Arka
"Mas Danish sama Asher dateng jam berapa ? Aku udah buru-buru kesini mereka justru telat datang" ucap Dara mendekat pada Arka yang duduk di kursinya
Arka tidak menjawab pertanyaan Dara dan beranjak dari kursinya mendekat pada Dara merangkul Dara menenggelamkan wajah Dara di dadanya
"Ada apa ?" Tanya Dara yang kebingungan
Arka mengangkat dagu Dara mendekatkan wajahnya lalu menempelkan bibir mereka. Arka mencium bibir Dara perlahan menjadi ciuman basah.
Arka menggendong Dara membawanya ke sofa yang ada di ruangan tersebut. Ia membaringkan tubuh Dara semakin ganas menciumi Dara yang berada dibawahnya.
Tok tok tok
Begitu mendengar ketukan pintu Dara mendorong Arka untuk menjauh darinya. Ia membenahi pakaiannya yang sedikit berantakan akibat ulah Arka.
"Kenapa masih diem disitu ? Ada orang ketuk itu loh" ujar Dara melihat Arka berdiri dihadapannya seraya bersilang tangan
"Kenapa memangnya kalau ada yang lihat ? Malu ? Semua orang tau kalau kuta sudah menikah" jawab Arka dengan kesalnya
"Ini di kantor kali mas yah malu kalau sampai kepergok ginian. Ya kalau di rumah paling juga mas Danish sama Asher yang mergokin" sahut Dara
"Masuk" ucap Dara mempersilahkan orang dibalik pintu memasuki ruangan Arka
"Lama banget sih loe berdua nih bener-bener gak lihat tempat" ujar Danish seketika memasuki ruangan
"Loe ngapain jam segini kesini ?" Tanya Arka dengan sinisnya
"Kata asistennya Dara dia kesini karena meeting dimajuin. Makanya gue kesini. Gue takutnya asisten gue yang lupa" jelas Danish
"Erna bener-bener bego banget ngapain sih pake ngasih tau loe Dara disini" kesal Arka
"Ouuu jadi gak dimajuin meetingnya" tanya Danish
"Gak !!" Sentak Arka
"Untung tadi mbak Janet kasih tau gue kalian lagi berduaan jadi gue inisiatif ketuk pintu. Coba gak, bisa.. bisa.. gue live streaming siang bolong gini nih" celetuk Danish diseringai Dara
"Apaan sih loe mikirnya ngelantur" bantah Dara atas ucapan Danish
"Yaudah aku balik aja sekarang kalau emang masih nanti sore meetingnya" ucap Dara yang ingin pamit namun dicegah Arka
Arka pun memutuskan untuk meeting setelah jam makan siang. Ia juga menghubungi Asher agar datang ke kantor pusat segera.
Arka memesan makanan untuk mereka makan siang bersama diruang kerjanya.
"Loe keren Dar.. mas Arka yang disiplin, keras, dan susah di ajak kompromi aja bisa jadi lentur setelah kamu masuk di group ini" bisik Danish disebelah Dara dan di sela makan siang mereka
"Gosip-nya ntar aja di basecamp pas mas Arka keluar. Disini orang nya denger bisa abis perusahaan loe ntar" sahut bisik Dara
Sontak Danish ketawa pelan mendengar ucapan Dara dan disahuti Dara dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir meminta Danish untuk diam.
Mereka kembali melanjutkan makan siangnya dan tak lama Asher pun datang. Arka segera memulai meeting setelah menyelesaikan makan siang mereka.
----
Langit mulai gelap, Dara bersandar di pagar balkon. Ia menatap langit yang terlihat mendung.
Mendengar petir yang menyambar begitu keras entah mengapa hati Dara pun terasa sakit. Ia mengulurkan tangannya merasakan tetesan air hujan yang belum begitu banyak
Dara mendongakkan wajahnya merasakan tetesan air hujan yang turun sedikit demi sedikit membasahi bumi.
Begitu terasa semakin deras Dara menarik tubuhnya menjauh dari pagar. Ia masuk ke kamar basecamp bergabung dengan Danish dan Asher yang tengah bermain PlayStation.
"Hujan ?" Tanya Asher diiyakan Dara
Dara duduk bersandar di ranjang ia menutupi kaki hingga pinggangnya dengan selimut.
"Tumben mas Arka gak keluar" tanya Dara pada Arka yamg baru datang
"Wahhh berani banget loe ngusir mas Arka" ujar gurau Danish seraya menoleh sedikit pada Dara
"Siapa yang ngusir sih orang gue nanya. Kan tumben-tumbenan mas Arka jam segini di rumah" bantah Dara
"Bukan-nya kamu takut kalau aku tidak pulang ?" Ucap Arka duduk disamping Dara seraya mengalungkan lengannya dileher Dara
"Gak mungkin banget kalau mas gak pulang. Sebagian karyawan mas itu di kantor lantai bawah rumah ini" ucap Dara
"Kalau tiba-tiba aku tidak pulang beberapa minggu atau bulanan bahkan tahunan bagaimana ?" Tanya Arka
"Apa itu mungkin ? Bagaimana dengan karyawan mu disini ?" Tamya balik Dara
"Masih ada kalian yang bisa mengurus mereka. Mungkin saja suatu hari nanti aku tidak kembali ke rumah ini" jawab Arka
"Ya kalau mas Arka tidak disini aku juga akan pergi. Untuk apa tinggal di rumah orang jika tuannya tidak ada" jelas Dara
Arka yang sedari tadi menatap Dara tiba-tiba mencium bibirnya sontak membuat Dara memukul pundaknya.
"Biasa aja kali Dar.. kalian udah nikah juga ngapain masih malu manja-manja di depan kita" celetuk Danish yang membuat Dara malu dan merosot menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut
Arka beranjak dari kasur ia menggendong Dara seperti karung beras membuat Dara berteriak meminta untuk diturunkan namun tetap tidak dihiraukannya. Arka membawa Dara ke kamarnya membaringkan tubuh Dara di kasur dan mengukung Dara di bawahnya
"Mas Arka mau apa ?"
"Melanjutkan yang tadi siang tertunda" bisiknya seraya melumat telinga Dara membuat Dara mengerang kegelian. Ciuman Arka terus merambat ke seluruh area sensitif Dara.
Tok tok tok
"Mas.. bisa keluar bentar gak ini darurat. Ntar aja ngena nya dilanjutin" ujar Asher dari balik pintu kamar Arka
Arka menghentikan aksinya membanting tubuhnya berbaring di sebelah Dara.
Sontak Dara tersenyum lebar melihat reaksi Arka begitu ketukan pintu terdengar. Dapat terlihat jelas rasa kesal yang ia tahan keluar dari wajah Arka.
Arka beranjak membuka pintu kamarnya dengan ketusnya ia menanyakan keperluan Asher mendatangi kamarnya.
Asher menjelaskan alasan Asher mengganggu malamnya. Tak lama kemudian Asher pergi dan Arka tanpa menutup pintu menghampiri Dara mengecup bibir Dara berpamitan pergi menghampiri Danish dan Asher di ruang kerjanya.
Hingga jam menunjukkan pukul 1 dini hari, Arka yang tak kunjung kembali membuat Dara sedikit gelisah. Ia pun menyusuli Arka ke lantai satu tempat ruang kerjanya berada.
Tok tok tok
"Mas.." panggil Dara memasuki ruang kerja Arka
Arka hanya menjawabnya dengan dehuman begitu Dara masuk ke ruangannya. Dara menghampiri Arka yang sibuk dengan berkas dan juga PC nya
"Belum tidur ?" Tanya Arka tanpa menatap langsung pada Dara
"Belum.. mas Arka ngerjain apa kok sampek jam segini ?" Tanya Dara didepan meja Arka
"Berkas perusahaan di Amerika" singkat Arka
Dara duduk di kursi berseberangan dengan Arka. Ia membopong kepalanya dengan kedua tangan memperhatikan Arka yang sibuk.
Menyadari Dara yang memperhatikan dirinya Arka melirik pada Dara.
"Ada apa ? Lanjutkan saja" ujar Dara melihat Arka terdiam
"Tidur saja dulu aku masih lama" ucap Arka
"Gak apa.. aku temenin mas Arka sampek selesai" jawab Dara
"Besok kamu masih banyak pekerjaan Dara.. tidur saja" balas Arka
"Oke.. oke.. aku tidur di sofa sambil nemenin mas Arka cukup kan"
"Terserah kamu saja" pasrah Arka kembali melanjutkan pekerjaannya
Dara pun beranjak dari kursi memperhatikan buku-buku yang ada di ruangan Arka.
"Boleh aku baca buku ini ?" tanya Dara seraya menunjukkan salah satu buku yang ia ambil
"Baca aja gak apa" jawab Arka
Dara pun mengambilnya, membawanya ke sofa. Dara membaca perlembar halaman buku dengan seksama. Sesekali ia menghela nafas kasar untuk mengecoh rasa kantuknya.
Dara berbaring di sofa seraya membaca buku perlahan buku itu jatuh di wajahnya dan berat dimatanya membuat Dara tertidur di sofa
Melihat Dara yang tertidur di sofa, Arka menggelengkan kepala seraya tersenyum lebar. Ia mempercepat pekerjaan-nya dan segera menghampiri Dara.
"Anak ini bener-bener bisa tidur dimana aja" gumam Arka bersilang tangan di samping Dara
Arka menggendong Dara membawanya ke kamarnya.
Dara menggeliat membuka mata sipit menatap Arka dengan setengah sadar.
"Sudah selesai kerjaannya ?" Tanya Dara dengan suara seraknya dan dibalas anggukan oleh Arka
Menyadari dirinya telah berada di ranjang kamar Arka ia pun terheran memperhatikan sekitarnya
"Mas Arka gendong aku sampai kamar ?" Tanya Dara kembali hanya didehumkan Arka
Dara memeluk Arka yang juga berbaring disampingnya. Arka yang semula membopong kepala dengan satu tangan miring beralih menjadikan lengannya bantalan Dara.
Arka membalas pelukan Dara mengusap kepala Dara dengan lembut
"Besok pagi aku ke Amerika" ucap Arka
"Berapa lama ?" Tanya Dara dengan mata tertutupnya
"Mungkin tiga sampai empat hari" jelas Arka
"Cepatlah kembali.. aku akan kesepian tanpamu"
"Apa kamu mau ikut bersamaku ?" Tanya Arka
"Apa boleh ?" Tanya balik Dara
"Tentu tidak.. pekerjaan mu disini masih menumpuk" jawab Arka tersenyum tipis dibalas dehuman Dara
"Aku menunggumu saja disini" ucap Dara sebelum benar-benar tetidur
"Ya.. aku akan sangat merindukan mu. Ayo tidur ini hampir pagi"
"Sudah tidur ternyata" ucap Arka menyadari Dara telah terlelap dan ia ikut menutup matanya
Pagi yang berisik membuat Dara terbangun. Ia mengerutkan dahi begitu suara keras dari luar menyadarkannya dari mimpi.
"Apaan sih diluar itu kaya pasar aja" gumam Dara yang masih menutup matanya
Dara perlahan mengerjap mencoba membuka matanya dan melihat sekitarnya menyadari dirinya di kamar Arka ia pun terlonjak bangun.
Dara menoleh sekitarnya mencari keberadaan pemilik kamar dan tidak juga menemukannya.
"Apa semalam dia beneran bilang kalau pagi ini ke Amerika yah.. kok rasanya seperti mimpi saja" gumam bingungnya yang masih linglung
Dara beranjak dari kasur keluar kamar dan berpindah ke kamarnya sendiri. Ia membersihkan diri juga bersiap untuk memulai harinya.
"Pagi" sapa Dara pada Danish yang tengah menikmati kopi nya di meja makan
"Pagi" jawab Danish
"Asher sama mas Arka kemana ?" Tanya Dara
"Emang mas Arka gak bilang ke elo kalau mereka pagi ini ke Amerika"
"Semalam samar-samar aku denger sih kalau mas Arka bilang mau ke Amerika pagi ini. Aku kira mimpi makanya aku nanya ke mas Danish" jawab Dara
"Setahun kedepan kalau ada apa-apa sama kerjaan loe bilang aja ke gue" ucap Danish seraya beranjak dari kursinya
"Lah kenapa ?" Heran Dara
"Kan mas Arka ke Amerika" ucap Danish
"Bukannya cuman tiga sampai empat hari doang yah ?" Ucap Dara
"Ouuu jadi udah bukan mimpi yang semalam dia pamit ke elo itu" sindir Danish kemudian mendapat lemparan serbet dari Dara
----
Hampir satu minggu sejak Arka pergi ke Amerika. Dara menghabiskan waktunya untuk bekerja dan keluar dengan teman-temannya.
"Mbak ini laporan terakhir hari ini" Erna meletakkan berkas di meja kerja Dara
"Iya terimakasih" jawab Dara
"Mbak saya pamit pulang dulu" ucap Erna
"Eh bentar Er.. bisa minta tolong bawa berkas ini sekalian kasih ke mas Danish" ujar Dara memberikan berkasnya
"Bukannya project ini harusnya ke mas Arka ya mbak" tanya Erna setelah menerima berkas dari Dara
"Kalau mas Arka ada udah aku minta kamu kasih ke mas Arka kali Er.. mas Arka kan masih di Amerika" sahut Dara
"Ouh belum balik ya mbak.. kok saya lihat mas Asher dari kapan hari di kantor" tanya Erna kembali
"Asher emang pulang duluan.. katanya mas Arka masih ada kerjaan disana" jelas Dara hanya didehumkan Erna yang kemudian pergi meninggalkan ruangan
Drrrtt drrtt
"Iya dokter"
"Dar sibuk gak ? Mau nongkrong di restauran deket klinik gak ?" Tanya dokter Dinda
"Boleh dok, sama mbak Dyah juga kah ?" Tanya Dara balik
"Iya sama Dyah juga.. yaudah kita tunggu ya.. kita sudah di restauran"
"Siap dokter, Dara sebentar lagi otw" tutup Dara
Dara membereskan pekerjaannya dengan cepat. Ia segera beranjak dari kursi kerjanya dan pergi ke tempat janjian dengan mengendarai mobil sendiri
Mobil Dara berhenti di lampu merah. Begitu ia menoleh kesamping ia samar-samar melihat Arka bersama seorang wanita dan juga anak kecil dibelakangnya.
Ia ingin menyapanya namun ragu karena takut ia salah mengira. Dara menurunkan kaca jendelanya mencoba melihatnya dengan jelas namun lampu lalu lintas berubah menjadi hijau. Ia harus segera menancap gas mobilnya. Dara kembali menutup kaca jendelanya dan mengabaikan apa yang telah ia lihat barusan.
"Ahh gak mungkin dehh.. mas Arka kan di Amerika" gumam Dara menepis pikirannya
"Hai dok, mbak Dyah" sapa Dara seraya cipika cipiki dengan kedua temannya tersebut
Dara duduk bergabung dengan kedua temannya. Mereka bercanda gurau mengulang kembali masa dimana Dara masih menjadi karyawan di tempat mereka bekerja saat ini.
"Ehh di jari loe cincin nikah bukan sih ?" Tanya Dyah merasa penasaran dengan cincin yang dikenakan Dara. Dara menjawabnya dengan senyuman lebar dan juga anggukan
"Hah beneran loe udah nikah ?" Tanya Dinda yang terkejut dan sekali lagi Dara hanya menjawab dengan anggukan
"Sama siapa ?" tanya Dinda kembali
"Sama mas Arka" singkat Dara
"Arka ? Arka CEO yang pegang perusahaan loe itu ?" Tanya Dinda meyakinkan penasaran-nya dan Dara mengiyakannya
"Kok loe gak undang-undang kita Dar ?" Kesal Dinda diseringai Dara
"Bentar deh. Mas Arka bukannya yang lebih diam itu yah ? Bukan yang Chinese kan ?" Tanya Dyah terheran dan penuh tanda tanya
"Iya mas Arka yang dulu pernah jemput gue di klinik sekali atau dua kali gitu" jelas Dara
"Tapi kapan hari aku kayak lihat si mas Arka itu ke klinik hewan kita yah. Tapi dia sama cewek juga anak kecil gitu" jelas Dyah
"Kapan memangnya mbak ?" Tanya Dara yang mulai penasaran
"Ehmm dua hari lalu kalau gak salah.. iya dua hari lalu" yakin Dyah
"Hah.. masa sih.. mas Arka lagi di Amerika kok sekarang"
"Ahh apa aku yang salah mengenali yah" sahut Dyah
"Apa yang aku lihat dijalan tadi juga mas Arka yah" batin Dara yang mulai ragu