Bagian 8

2047 Kata
Dara berdecak kagum melihat balkon restauran hotel tersebut dengan pemandangan pantai di malam hari. Suara ombak yang begitu jelas ditelinganya semakin membuat hati Dara tenang juga bahagia. Daraa memperhatikan setiap detail dekorasi restauranyang tetlihat berbeda dengan restauran hotel pada umumnya. "Apa ini sedang ada acara ?" Tanya Dara terheran Arka yang semula berjalan dibelakang Dara menggenggam tangan Dara dan membawa Dara untuk mendekat di satu meja yang ada. Dara yang masih kebingungan menatap Arka dengan penuh tanda tanya. Dara satu langkah kebelakang begitu Arka berlutut di hadapannya. Seorang lelaki pelayan restauran menghampiri mereka dan memberikan sebuah buket bunga pada Arka. Arka mengambil sebuah kotak kecil diatas buket tersebut. Ia membuka kotak kecil itu dan dengan satu tangan ia mengulurkan kotak itu pada Dara "Merry me" Sontak Dara menutup mulutnya yang ternganga mendengar ucapan yang keluar dari mulut Arka. Ia masih tidak percaya dengan yang ia dengar. "K-kau bercanda kan" ragu Dara yang terbata-bata menanyakannya pada Arka "Tidak aku serius untuk ini. Menikalah denganku" ujar Arka "Kenapa tiba-tiba kamu ingin kita menikah ?" Tanya Dara yang masih ragu Arka bangkit berdiri dihadapan Dara memberikan bunga ditangannya pada Dara dan wanita dihadapannya itu memeluk bunga yang diberinya Dara menatap mata Arka tanpa berkedip dan Arka meraih tangan Dara menggenggam nya dengan hangat "Aku ingin kita bekerjasama membangun perusahaan mu dan membangun kepercayaan para kolega padamu. Dengan kita menikah aku yakin mereka akan percaya sepenuhnya padamu karena kita sebagai pasangan akan lebih baik juga dalam team kerja" terang Arka Dara seperti ingin menangis karena merasa terluka tetapi ia tidak boleh menangis dihadapan Arka. Dia ingin mengatakan tidak untuk ajakan Arka namun ia juga memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk perusahaan nya yang jelas ia tidak memiliki pengalaman soal berbisnis Dara dengan pelan mengangguk mengiyakan ajakan Arka. Ia sudah pasrah untuk usahanya yang ia rasa akan sia-sia jika bukan karena Arka Arka mengambil cincin yang semula berada di kotak dan memasangnya di jari Dara kemudian Ia memeluk Dara dan dibalas oleh Dara "Pernikahan ini akan berakhir begitu kamu bisa memegang penuh perusahaan mu sendiri. Memang pernikahan ini untuk pekerjaan tetapi aku tidak ingin ada perjanjian pernikahan diatas kertas. Cukup antara kita saja" ucap Arka semakin menyakiti hati Dara namun ia memaksakan bibirnya untuk tertarik keatas seolah ia baik-baik saja dengan segala hal yang direncanakan Arka Plok plok plok Tepukan tangan dari Asher dan Danish sontak membuat Arka melepaskan pelukannya pada Dara. "Kalian.." kesal Dara yang tertahan "Udah pada tau ya ?" Tanya Dara diseringai keduanya "Udah berapa lama ngerencanain semuanya ?" Tanya Dara kembali "Baru tadi siang setelah mas Arka bilang ke Mike kalau kamu calon istrinya" ujar Danish "Ouuh" singkat Dara "berharap banget ya kalau dilamar beneran yang romantis kayak gini" sahut Asher membuat Dara mendengus kesal "Heh.. kamu kira ini bukan lamaran" sergah Arka "Enggak.. maksud gue kayak lamaran putri sama pangeran yang di impikan Dara" jawab Asher "Loe kira Dara gak kagum sama lamaran gue sekarang. Cewek-cewek diluaran sana pasti iri ke Dara dengan apa yang gue lakuin ke dia sekarang" balas Arka kembali yang hanya diiyakan Asher Kepasrahan Asher membuat Danish juga Dara tertawa tipis melihatnya. Setelah makan bersama mereka kembali ke kamar dan Arka tidur bersama Dara. Arka memeluk Dara yang berbaring disampingnya. Dara pun membalas dengan pelukan hangat. "Cepatlah tidur.. aku tidak akan bisa menahannya terlalu lama jika kita masih terjaga" ucap Arka secara tiba-tiba membuat Dara tersenyum lepas "Lalu" singkat Dara "Aku tidak ingin membuatmu kelelahan. Sudah jangan banyak tanya ayo tidur" jawab Arka langsung membuat Dara menutup mata  merilekskan tubuh dan pikirannya. Ia perlahan mulai memasuki dunia mimpinya Pagi ini Dara bangun disambut dengan ciuman dikeningnya oleh Arka. Setelah ia membuka mata Arka memintanya untuk segera membersihkan diri dan Arka mengajaknya untuk sarapan di restauran hotel "Setelah ini kamu ditemani sekertaris ku bersiap" ujar Arka ditengah sarapan mereka "Buat apa ?" Bingung Dara "Sudah ikutin saja" sergah Arka membuat Dara pasrah dan segera menyelesaikan sarapannya Setelah menyelesaikan sarapannya Dara diikuti Janeta sekertaris Arka dan salah seorang penata rias juga asisten penata rias tersebut ke kamarnya. "Mau ada acara apa sih pakai acara make-up ribet ?" Bingung Dara setelah dirinya diminta duduk di depan meja rias dan sang penata rias tersebut mengeluarkan alat-alatnya "Saya hanya menjalankan perintah tuan Arka. Jika nona Dara penasaran bisa tanyakan langsung ke tuan" ujar Janeta Dara hanya menghela nafas kasar dan menurut saja pada ketiga orang yang ada di kamarnya tersebut. Setelah hampir dua jam ia di rias seorang wanita dengan gaun pengantin memasuki kamar Dara. Dara pun dibantu oleh orang-orang tersebut mengenakan gaun nya. "Anda benar-benar cantik nona" ujar Janeta Setelah selesai dengan kerumitan untuk mendandani Dara, Janeta menelpon seseorang dan mengatakan bahwa mereka telah siap. Dara diiringi keempat orang yang membantunya mengangkat gaun super besarnya untuk pergi ke belakang hotel. Dara terkagum dan kebahagiaan terukir jelas di bibirnya seketika melewati bunga-bunga yang berada di sisi kanan-kirinya. Dara terus diiring untuk semakin menuruni anak tangga mendekat ke bibir pantai Ia seperti tidak bisa menahan air matanya begitu melihat Arka telah berdiri dengan jas putih diatas panggung kecil. Dara menaiki panggung tersebut dibantu dengan uluran tangan Arka. "Kau menyukainya ?" Tanya Arka dianggukannya dengan cepat "Apa sudah bisa kita mulai ?" Tanya pastur yang telah berdiri di samping Arka sedari tadi dan langsung diiyakan Arka Acara pemberkatan pernikahan berjalan dengan khidmat dengan disaksikan kedua teman mereka yaitu Danish dan Asher tak hanya mereka saja. Beberapa karyawan kantor Arka dan Dara sengaja di undang Arka untuk menghadiri pernikahan mereka. Setelah pertukaran cincin dan sesi pemotretan pengantin baru ini segera pergi kembali ke kamar hotel meninggalkan para tamu yang masih menikmati jamuan "Kau yakin ini baru direncanakan kemarin siang ?" Tanya ragu Dara setelah menjalani pernikahan ini dengan penuh kerumitannya "Tidak.. aku sudah merencanakan seminggu lalu" jelas Arka "Hah.. seminggu doang dan bisa semewah ini ?" Kejut Dara "Bagaimana mungkin ?" Tanya-nya kembali "Itu mudah. Hotel ini milikku aku tidak perlu mengantri untuk menggunakannya. Gaun ini juga aku minta dari desaigner ternama dan bentuk tubuhnya yang ideal mempermudah pemilihan-nya" jelas Arka Dara hanya terdiam begitu mendengar penjelasan Arka. Ia tidak terkejut dengan yang telah dikatakan Arka karena ia yakin itu hanya demi perusahaan yang tengah ia bangun. Dara berdiri dari bibir ranjang ia menatap kaca rias dan berniat mengganti pakaian-nya. "Biar aku bantu" ujar Arka melihat Dara kesusahan menurunkan resleting-nya Arka memeluk Dara begitu resleting gaun pengantin yang dikenakan Dara telah ia turunkan. "Mandi bareng yuk" bisik Arka yang hanya disenyumkan Dara Arka langsung menurunkan gaun Dara dan menggendong Dara untuk memasuki kamar mandi. ---- Kini satu minggu setelah acara pernikahan Arka dan Dara. Tiga hari sebelumnya mereka telah kembali dari Bali. Aktivitas mereka pun seperti semula. Pagi hingga sore mereka bekerja di lantai satu rumah Arka dan sore hingga malam hari kembali berkumpul di basecamp. "Mas Arka mana Dar ?" Tanya Asher yang tengah bermain PlayStation bersama Danish "Mana gue tau" sahut Dara yang bermain ponselnya diatas kasur "Loe gimana sih.. istrinya masa gak tau" sahut Danish "Gue istri bukan bodyguard nya.. ya loe tanya aja ke asisten atau sekertaris nya mas Arka. Mereka pasti lebih tau" sahut Dara dengan santainya "Pernikahan yang gak jelas banget nih masa suami istri saling gak tau dan cuek cuek aja" celetuk Asher "Siapa juga yang niat nikah beneran.. kan mas Arka udah bilang cuman buat urusan kerjaan" terang Dara "Gue kira loe bakalan ngejalanin kayak rumah tangga lainnya.. soalnya waktu acara lamaran dan lanjut ke acara nikahan loe keliatan bahagia banget kayak ini itu beneran" heran Asher "Yah gak mungkin kan gue biasa aja di romantisin kayak gitu.. apalagi disana yang lihat gak cuman loe berdua.. pelayan di hotel,  temen-temen kolega juga lihat jadi ya mau gak mau gue harus kelihatan bahagia dong" sahut Dara seraya tersenyum simpul "Keren loe Dar.. acting loe sama mas Arka gak tanggung-tanggung" kagum Asher diseringai Dara "Loe gak tau aja ini hati rasanya sudah jadi angin ketika gue dengar mas Arka bilang pernikahan ini cuman buat perusahaan. Tapi untunglah gue tau diawal jadi sakitnya gak terlalu" batin Dara kembali menatap ponselnya "Mau kemana Dar ?" Tanya Asher begitu Dara beranjak dari kasur "Balik kamar.. tidur udah malem oi" jawabnya yang kemudian pergi meninggalkan kamar basecamp Dara yang bermain ponsel dengan duduk bersandar di atas kasur tiba-tiba terfokus pada percakapan yang ia dengar dari luar kamarnya. "Wahh loe gila mas.. masih bawa cewek aja ke rumah padahal udah.." "Hussttt.. suara loe kecilin ntar Dara bangun lagi" "Udah tidur palingan dia.. udah jam berapa.. lagian udah dari tadi dia masuk kamar" Memang percakapan seperti itu telah ia dengar tiga hari belakangan semenjak kembalinya dari Bali. Hati Dara begitu sakit hingga air matanya menetes tanpa permisi. Ia menggigit bibir bawahnya menahan suara tangisan keluar dari bibir nya. Memang semenjak kembali dari Bali dan setelah acara pernikahan itu Arka tidak lagi tidur di kamar Dara begitu juga sebaliknya. Bahkan Dara semakin jarang bertemu Arka mungkin hanya di pagi atau siang hari saat jam kerja ataupun di sebuah meeting Tok tok tok "Dar loe udah tidur" ucap Asher mengetuk pintu kamar Dara Dara tidak menjawab ketukan itu dan pertanyaan Asher di balik pintu kamarnya. "Udah tidur" ucap Asher seperti memberitahu pada orang lain disampingnya "Gue gak boleh cengeng. Kalau Arka boleh begitu berarti dia juga gak ngelarang gue lakuin hal yang sama" batin Dara sebelum ia benar-benar tertidur Sinar pagi menyorot langsung ke wajah Dara. Ia yang tengah menggeliatkan badan sontak terkejut merasakan tangannya terhalang sesuatu yang besar dibelakangnya Dara terjingkat bangun melihat Arka telah berbaring di sampingnya. "Semalem loe nangis ?" Tanya Arka yang masih menutup mata "E-enggak" elak Dara membelakangi Arka dan menurunkan kakinya ke lantai "Masa.. itu keliatan bengkak" ujar Arka membuka mata. Dara pun pasrah dengan mendehum "Nangis kenapa?" Tanya Arka seraya bangun dari berbaringnya "Bangke bener masih tanya kenapa" batin Dara "Gara-gara nonton Drakor" sahut bohong-nya "Drakor ? memang film apa itu?" Tanya Arka menyandarkan dagunya di pundak Dara seraya memeluk-nya dari belakang "Drama Korea" singkat Dara "Sejak kapan kamu suka film Drama ?" Heran Arka "Sejak dulu sebelum kenal mas Arka udah suka Drakor kali.. cuman semenjak terlalu sibuk sama kerjaan aja jadi jarang nonton bahkan hampir gak pernah" jelas Dara "Memang ceritanya tentang apa sampai membuatmu menangis ?" "Kapten Ri" ujar Dara "Siapa itu ?" Tanya Arka kembali "Yahh nama pemeran utamanya kapten Ri.. udah ahh percuma juga aku cerita ke mas Arka. gak akan ngerti" elak Dara beranjak pergi ke kamar mandi "Hufhh untung aja sering denger anak-anak kantor bahas soal kapten Ri di film Drakor jadi ya bisa lah buat alasan" gumam lega Dara bersandar di pintu kamar mandi setelah ia menguncinya Dara menghela nafas dan segera membersihkan diri dan bersiap untuk melanjutkan aktivitasnya hari ini. Dara yang akan memasuki ruang kerjanya sontak terkejut saat melihat Arka telah duduk di kursinya. "Aku kira setan" celetuk Dara "Orang seganteng gue dibilang setan" sahut Arka "Ada apa ? Tumben ?" Tanya Dara meletakkan berkas di mejanya "Emang kalau masuk ke kantor istri sendiri butuh alasan" ujar Arka membuat Dara mendengus kesal Arka menarik lengan Dara dan memangkunya. Ia menyisir rambut Dara yang menghalangi wajahnya. Arka membelai wajah Dara dengan lembut dan berhenti di rahangnya. Arka mengangkat rahang Dara menempelkan bibir mereka reflek Dara menutup mata hingga ketukan pintu terdengar sontak ia beranjak dari pangkuan Arka. "Masuk" ujar Dara setelah membenahi pakaiannya "Maaf mas ganggu" ujar sekretaris Dara yang menunduk begitu membuka pintu dan melihat Arka duduk di kursi kerja Dara "Gak apa.. lanjutkan saja pekerjaan kalian" ucap Arka bangun dari duduknya "Ntar malem yah yank" bisik Arka sontak membuat Dara membelalakkan mata padanya namun dibalas Arka dengan mengedipkan satu matanya Erna yang melihat tingkah pasangan pengantin baru itu hanya tersenyum simpul menahan tawanya. "Gak ada yang lucu Er" kesal Dara seraya duduk di kursinya "M-maaf mbak" ucap Erna menghentikan tawa kecilnya Erna yang berdiri diseberangnya meletakkan berkas di meja. "Mbak meeting nanti sore dimajukan jadi siang di jam makan siang mbak di kantor pusat" ujar Erna "Kenapa di ubah ? Bukannya meeting nanti hanya aku, mas Arka, Asher sama mas Danish saja ?" Tanya Dara yang terheran "Saya juga kurang tau mbak, tapi mas Arka berpesan untuk memberitahu mbak Dara kalau meetingnya di majukan" jelas Erna dimengerti Dara Setelah Dara menandatangani berkas yang dibawa Erna ia segera memberikan kembali pada Erna dan sekertaris nya itu pun pergi meninggalkan ruangannya. Dara mengambil ponselnya di tas dan menelepon Arka menanyakan kebenaran jadwal meeting yang di ubah. Dara menanyakan pada Arka sendiri karena mereka selalu menjadwalkan meeting seminggu sebelumnya dan tidak pernah diubah secara dadakan meski dalam keadaan genting sekalipun. "Siang nyonya, tuan Arka sudah menunggu di ruangannya" sapa Janet sekertaris Arka yang berjaga didepan ruangan Arka "Pak Danish sama Pak Asher sudah datamg belum ?" Tanya Dara "Maaf nyonya belum" jawab Janet hanya di dehumkan Dara yang kemudian ia memasuki ruangan Arka "Tumben banget sih.. ada apa ?" Tanya Dara baru memasuki ruangan Arka "Mas Danish sama Asher dateng jam berapa ? Aku udah buru-buru kesini mereka justru telat datang" ucap Dara mendekat pada Arka yang duduk di kursinya Arka tidak menjawab pertanyaan Dara dan beranjak dari kursinya mendekat pada Dara merangkul Dara menenggelamkan wajah Dara di dadanya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN