Bab 25 – Jeruji Pertama

1057 Kata

Suara pintu besi berderit pelan saat terbuka. Aroma anyir bercampur lembap langsung menusuk hidung Aruna. Dua petugas wanita menggiringnya masuk ke lorong panjang yang dingin, dengan dinding cat kusam yang mulai mengelupas. Setiap langkah terasa berat, seakan rantai yang membelit kakinya lebih dari sekadar besi—melainkan juga beban harga diri yang diremukkan. Aruna menunduk. Ia berusaha menahan air mata, namun dadanya sesak. Bayangan Raditya—yang tak sempat menatapnya ketika ia dibawa keluar dari rumah—masih menghantui pikirannya. Benarkah dia percaya aku bersalah? Benarkah cintanya sudah kalah oleh bisikan fitnah? “Cepat!” tegur salah satu sipir dengan nada ketus. Aruna mempercepat langkah, meski tubuhnya terasa lemas. Sesampainya di sel yang sempit, pintu besi kembali berderit. “Ini t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN