Bab 26 – Hari yang Panjang

1031 Kata

Pagi buta, suara peluit membangunkan semua penghuni sel. Aruna terlonjak dari ranjang kerasnya, matanya masih berat karena tidur yang penuh mimpi buruk. Suara teriakan sipir menggema di lorong, “Bangun! Baris untuk absen!” Dengan tubuh lemas, Aruna mengikuti alur. Ia berdiri di antara deretan narapidana lain, beberapa masih menguap, beberapa terlihat sudah terbiasa. Bau keringat bercampur sabun murahan menusuk hidungnya. Seorang sipir menelusuri barisan, mencatat satu per satu. Tatapannya singkat, dingin, tak ada belas kasihan. Saat melewati Aruna, matanya menyipit, seolah menilai. Aruna menunduk, memilih diam. Setelah absen, mereka digiring ke ruang makan. Piring logam dibagikan, berisi nasi keras dan sayur berkuah keruh. Aruna menatap makanan itu lama, menahan mual. Namun ia sadar, ji

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN