Zevanya duduk termenung sambil bersandar di kepala ranjang. Nampan berisi makanan yang ada di meja samping ranjang sama sekali tidak tersentuh olehnya, padahal wanita bernama Nani tersebut sudah keluar dari kamar tersebut tiga puluh menit yang lalu. “Terakhir aku ingat Daniel yang membawa aku pulang dari rumah Papa. Tapi dimana dia sekarang dan kenapa aku malah bisa berada di tempat asing ini?” ujar Zevanya yang terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Tidak ingin hanya terus berdiam diri dengan rasa penasarannya, Zevanya segera bangun dari ranjang dan berdiri. Ia memegang infusnya kemudian berjalan menuju pintu kamar. “Aku harus tahu ini dimana,” gumam Zevanya. Begitu sampai di depan pintu, ia segera meriah gagang pintu hendak membukanya. Alisnya kembali bertautan karena bingung sa