Zevanya duduk termenung di depan jendela, menatap langit malam yang memancarkan cahaya bulan. Makanan yang diletakkan Nani di meja kecil samping ranjang sama sekali belum disentuh olehnya. Dirinya tentu saja tidak bisa melahap makanan tersebut tanpa tahu dimana dirinya berada dan siapa sebenarnya yang mengurungnya di kamar ini. Di tengah lamunan Zevanya, pintu kamarnya kembali terbuka dan muncul Nani dari balik pintu dengan sebuah kotak obat di tangannya. Wanita muda tersebut menghela nafas berat dengan wajah sendu saat mendapati makanan yang diantarnya belum disentuh sama sekali oleh Zevanya. “Selama malan Non Zevanya,” sapa Nani. Mendengar sapaan tersebut membuat Zevanya segera berbalik dan menemukan keberadaan Nani yang berdiri menatapnya saat ini. “Anda sama sekali belum makan seja