Bab 7. Mau ke Hotel

1182 Kata
Malam harinya, Dafi pulang larut. Dia tidak sempat memberitahu Zahwah untuk menemaninya di kantor. Pria itu langsung masuk kamar lalu mandi, mengganti pakaian dan beristirahat. Besoknya, Dafi kesiangan. Dia langsung bergegas mandi lalu berpakaian rapi kemudian, pergi tanpa pamit dengan Zahwah. Pada saat Dafi berangkat ke kantor, Zahwah masih berada di kamarnya. Dafi harus segera tiba di kantor. Dia pun lupa untuk bicara dengan Zahwah pagi ini. Sampai di ruangan, pemandangan yang sangat tidak Dafi harapkan terjadi lagi. Kania sudah duduk manis di ruangannya dan membawa sarapan untuk Dafi. Dafi baru sadar jika dia lupa memberitahu Zahwah untuk menemaninya di kantor hari ini. “Sayang, kamu kok baru datang sih? Habis begadang ya?” tanya Kania sambil berjalan mengikuti Dafi. Pada saat Dafi sudah duduk di kursinya, Kania memegang bahu Dafi hendak memijat bahu pria itu. “Iya, habis begadang sama Zahwah. Kamu pasti tahu kan apa yang dilakukan suami istri pada malam hari jika mereka tidur bersama? Singkirkan tangan kamu dari bahu saya!” Dafi tidak bisa bersikap ramah pada Kania agar perempuan itu cepat meninggalkan ruang kerjanya. “Sayang … kamu kenapa sih? Masa aku enggak boleh pijat bahu kamu? Kamu pasti capek kan begadang dengan istri kamu, sekarang gantian aku yang bikin rileks kamu.” Kania mencoba lagi meletakkan tangannya di bahu Dafi, tetapi pria itu menghindar. “Jangan coba-coba kamu sentuh saya, Kania!” Suara Dafi meninggi. “Kenapa? Sejak menikah Mas Dafi berubah. Padahal dulu hubungan kita kan harmonis, Mas.” Dafi mengerutkan dahi. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan Kania. “Di antara kita tidak ada hubungan apa-apa, Kania.” “Mas Dafi lupa ih, Mas itu kan sayang sama aku loh.” “Jangan halu, Kania. Aku tidak ada perasaan apa-apa sama kamu. Kamu yang selalu datang ke sini untuk mendekati saya. Memangnya kamu tidak ada pekerjaan di kantor?” Dafi heran melihat Kania yang selalu datang ke kantor Dafi seolah dia tidak ada pekerjaan. Padahal gadis itu bekerja di kantor papanya. “Ya … apa yang aku lakukan itu untuk membuat mas Dafi jatuh cinta sama aku. Oh ya, Mas aku bawa sarapan ini buat Mas Dafi.” Kania mengambil kotak bekal untuk dia berikan pada Dafi. Dafi yang kesal pada Kania mengirim pesan pada Raka. Dafi : Saya akan panggill kamu ke ruangan. Tolong buatkan jadwal saya hari ini full meeting seperti kemarin, saya harus mengusir Kania dari ruangan saya. Raka : Baik, Pak. “Jadwal saya padat hari ini seperti kemarin.” Dafi pun memanggil Raka ke ruangannya. Raka datang menghampiri meja kerja Dafi dan berdiri di dekatnya. “Jadwal Bapak hari ini ada tiga meeting. Malam harinya juga masih ada dinner dengan klien, Pak.” “Itu kamu dengar sendiri kan dari Raka. Jadwal kerja saya padat hari ini.” Dafi coba mengusir Kania lagi. Kania pun paham dengan jadwal kerja Dafi yang sangat padat. Dia pun segera pamit dari ruangan itu. “Ok, kalau hari ini Mas Dafi sibuk, besok aku datang lagi. Jangan kangen sama aku ya, Mas.” Dafi pun bisa bernapas lega setelah berhasil mengusir Kania. *** Malam harinya, Dafi pulang pada jam tujuh malam. Ketika dia masuk apartemen, Dafi sedang menonton TV di ruang tengah. Dafi pun duduk di sana dan ikut menonton dengan Zahwah. Zahwah menoleh memperhatikan penampilan Dafi. “Mas enggak mandi dulu?” tanya Zahwah yang heran melihat Dafi begitu tiba di apartemen langsung duduk di sampingnya. “Nanti saja. Ada hal penting yang mau saya bicarakan dengan kamu.” Zahwah mendadak panik karena dia belum melakukan apa pun untuk memulai rencana renovasi hotelnya. “Mas mau ngomong apa?” tanya Zahwah penasaran. “Mati aku kalau sampai mas Dafi tanya renovasi hotel, aku harus ngomong apa?” “Sudah dapet kontraktor sama arsiteknya?” “Nah, kan bener. Aku harus jawab apa ini?” Zahwah kebingungan. “Belum, Mas. Masih cari yang cocok.” Akhirnya Zahwah pasrah dan berkata jujur. Dia harus siap jika Dafi akan marah padanya. “Besok agenda kamu apa?” Zahwah memikirkan apa yang akan dia katakan pada Dafi saat ini. Dia harus terlihat sibuk agar pria itu percaya padanya. “Besok mau ketemu temen sih, Mas. Masih cari-cari kontraktor sama arsitek.” “Jam berapa dan berapa lama?” “Belum tahu. Memangnya kenapa, Mas?” “Datang ke kantor saya besok, bisa?” “Untuk apa?” “Kamu lupa sama tugas kamu untuk menjauhkan Kania dari saya?” “Oh iya. Besok saya datang ke kantor Mas Dafi.” “Besok kamu berangkat sama saya ke kantor karena Kania biasanya akan datang pagi-pagi, baru setelah itu kamu bisa pergi untuk bertemu dengan teman kamu itu.” “Baik, Mas.” Zahwah terpaksa setuju. Besok dia harus bangun pagi dan bersiap agar bisa menemani Dafi di kantor. Besoknya, Zahwah sudah bersiap dari pagi. Karena dia lihat Zahwah sudah siap, Dafi langsung mengajak Zahwah berangkat ke kantor pagi-pagi. Kalau bisa sebelum Kania datang, dia sudah tiba duluan di ruangannya. Beruntung mereka datang lebih pagi. Pada saat Dafi dan Zahwah masuk ke ruangan, Kania belum datang. Sebuah ide langsung terlintas dalam pikiran Dafi. Pria itu segera meletakkan tasnya di meja. “Duduk di kursi itu, Za!” Zahwah menurut. Dia pun duduk di kursi bersama Dafi. Duduk bersebelahan tanpa jarak satu cm pun. Mereka harus terlihat dekat dan sangat mesra di hadapan Kania nanti. “Ingat, Za, kamu harus tetap menempel pada saya!” “Baik, Mas.” Zahwah berdoa semoga pagi ini Dafi tidak ada niatan untuk mencium bibirnya lagi karena dia takut jantungnya bisa loncat jika Dafi melakukan itu lagi. Pada saat terdengar suara pintu dibuka, Dafi langsung mendapat ide untuk mengulang apa yang pernah dia lakukan pada Zahwah sebelumnya. Dia yakin yang masuk ke ruanganny adalah Kania. Dengan gerak cepat Dafi mencium bibir Zahwah. Tidak seperti sebelumnya, kali Dafi merasa bibir Zahwah terasa manis dan dia pun hanyut dalam ciumannya di bibir perempuan itu. Jantung Zahwah melompat. Perempuan itu dibuat lemas oleh ciuman mendadak Dafi pagi ini. Doanya tidak terkabul. Mungkin doa Dafi lebih kuat dari padanya. Zahwah hanya bisa pasrah. Melihat Dafi bermesraan bersama Zahwah, Kania tetap melangkah maju dan mendekati keduanya. Dia pun menyapa keduanya. “Selamat pagi, Mas Dafi dan istri. Sudah sarapan pagi ini? Kebetulan banget nih aku bawa sarapan. Ada yang mau?” Dafi melepaskan ciumannya pada bibir Zahwah. Zahwah menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Lalu keduanya menoleh pada Kania. “Terima kasih tawarannya, Kania. Aku sama Zahwah sudah sarapan. Sarapan pagi ini lebih lezat dari kemarin dan ada rasa manisnya.” Dafi tersenyum pada Kania. Dia harap pagi ini bisa lebih mudah mengusir Kania dari ruangannya. “Oh gitu? Mas Dafi sarapan bibir istrinya ya? Aku enggak ganggu kan, kalau ikut duduk sama kalian?” Kania benar-benar tidak punya malu masih menggoda Dafi. “Silakan, tapi kayaknya aku sama istriku butuh kamar nih. Kami mau ke hotel yang dekat sini dulu ya. Pagi-pagi udah enggak nahan pengen ngamar lagi sama istri. Mumpung dia ada di sini, enggak ada salahnya kan main pagi-pagi? Namanya juga pengantin baru, iya kan, Sayang?” Dafi menoleh pada Zahwah lalu keduanya bangkit meninggalkan ruangan kerja Dafi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN