DI sela kepanikan atas siapa yang telah berani m*****i tubuhku. Aku membayangkan semua yang terjadi selama ini, terutama tentang kelakuan ayahku. Sejak awal, aku tahu dia aneh, tapi kurasa tindakannya terlalu aneh sampai membiarkanku berlaku sesuka hati selama ini. Segera setelah mengganti baju dengan kaos tutleneck, aku mencari-cari Ayah di ruang santai. Jam segini biasanya dia sedang bekerja di depan laptopnya atau sekadar memainkan ponsel yang menghubungkannya dengan semua kaki tangannya di luar negeri. “Ada apa?” tanyanya saat aku duduk di sofa yang ada di hadapannya. Usianya memang sudah hampir setengah abad, tapi ayahku masih terlihat sehat dan awet muda. Dia belum memakai kacamata walausetiap harinya ia berhadapan dengan sinar radiasi dari ponsel maupun laptop miliknya. Dankurasa

