NIAT burukku disambut oleh takdir menyebalkan.Jam makan siang membuat jalanan macet total. Beberapa kali aku menginjak rem dan menginjak pedal gas lagi, karena kendaraan padat merayap di jalanan. “Sialan!” Aku memukul setir kemudi yang otomatis membuat bel mobil ayah berbunyi nyaring.Beberapa orang mengikuti tindakanku, bunyi bel dari mobil-mobil lain saling bersahutan dan membuattelingaku berdengung menyakitkan. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Nama Leo membuatku mengangkat teleponnya dengan emosi tingkat tinggi. “Ada apa, ha! Lo mau bikin gue marah-marah lagi!” “Jangan marah-marah mulu, nanti cepet tua tahu?” “Bodo!” “Sekarang sampai mana?” “Kejebak macet. Kenapa? Lo mau kabur, ya?” Leo tertawa renyah. “Enggaklah. Akumalah mau nungguin kamu dan nunjukkin leherku yang merah-merah. Biar

