“BARU balik?” Aku menemukan Rasya di ruang tamu rumahku. Wajahnya datar, aura dingin menguar dari tubuhnya,tatapannya mengintimidasi, dan tak lupa kedua tangannya bersedekap di depan d**a. Aku menganggukan kepala dan mencoba untuk tenang menghadapinya. “Abis dari mana?” “Nonton.” Aku menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. “Lo udah lama di sini?” “Lumayan, udah satu jam.” Aku meringis mendengarnya. “Lo nonton sama pacar lo itu?” “Dia bukan pacar gue, Ras. Dia cuma—” “Intinya hampir sama,” selanya sembari menatapku tajam. “Apa dia pernah berbuat macam-macam sama lo?” Aku memasang wajah berpikir. “Dulu sih mungkin, tapi akhir-akhir ini dia udah berubah.” Aku tersenyum padanya. “Dia yang sekarang lebih bisa dipercaya, lebih bisa diandalkan, dan semakin perhatian. Manis banget pokoknya

