KETAKUTANsaat menonton film horor itu wajar. Wajar banget malahan, tapi aku tidak menyangka orang seperti Leo akan ketakutan hanya karena gambar menyeramkan di depan sana.
Keringat dingin menetes di dahinya. Beberapa kali matanya melirik kanan dan kiri tubuhnya dengan gelisah. Bahkan tangannya yang langsung kugenggam terasa dingin dan gemetar.
Ini berlebihan. Sungguh. Dia seperti orang fobia, tapi kenapa harus fobia terhadap film horor? Itu hanya gambar dua dimensi yang bahkan tidak akan keluar dan menakutinya di dunia dengan wujud fisik yang nyata.
Tanpa sadar aku menahan tawa. “Jangan ketawa, gue beneran takut,” gumamnya pelan dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Tangannya menggenggam tanganku semakin erat.
“Lebay tahu nggak? Itu cuma gambar dua dimensi lho, Le. Nggak mung
