9

1991 Kata
Semua pelayan bersikap lebih hati – hati pada Serena setelah mengetahui bahwa wanita itu tidak gila. Setidaknya, itulah rumor yang beredar di antara pelayan. Menurut sumber yang menyaksikan kejadian perkelahian di aula saat pesta perayaan beberapa hari lalu. Termasuk Anne, wanita itu jarang berlama – lama di samping Serena sekarang. Anne bahkan nyaris tidak pernah mengajak Serena bicara karena ia malu wanita itu memergoki dirinya saat sedang berada di s**********n suaminya, Lucien. Lagi pula, Serena sendiri tidak ingin berdekatan dengan wanita itu karena setiap kali ia melihat Anne, bayangan kejadian tempo hari selalu masuk ke dalam ingatannya. Tidak, ia tidak cemburu. Serena hanya kesal karena kejadian itu membuat dirinya lepas kendali sehingga dengan cerobohnya menghancurkan penyamaran diri yang telah ia lakukan selama bertahun – tahun. Akibatnya, Lucien jadi tahu bahwa ia tidak  gila seperti desas-desus yang beredar selama ini. Tapi, Serena sedikit percaya bahwa Lucien masih bertanya – tanya tentang keadaan mentalnya karena dirinya belum memberi jawaban yang memuaskan untuk pria itu. Setelah Lucien memaksa Serena sarapan bersamanya di ruang makan, pria itu berkata akan pergi bekerja dulu karena ada sesuatu yang harus ia urus. Ia sudah belajar sejak kecil untuk tidak bertanya pada ayahnya sesuatu apa yang perlu diurus tersebut, jadi saat Lucien pergipun ia tidak bertanya pada pria itu. Serena naik ke kamarnya dan mulai membuka ponselnya, deretan notifikasi masuk memenuhi ponsel yang tidak ia nyalakan sejak kemarin siang karena terlalu sibuk dengan rencananya kemarin membuat Lucien terkejut. Satu persatu jarinya membaca isi pesan masuk dari orang yang selalu mengiriminya pesan setiap hari. Diego. Saat Antonio membuangnya ke rumah sakit jiwa, ia bertemu dengan anak pemilik rumah sakit itu. pria itu bernama Diego, dan hanya dialah yang tahu bahwa dirinya tidak gila. Diego tahu bahwa Serena hanya berpura – pura gila demi menjauh dari sesuatu. Secara tidak langsung, Diego adalah orang yang mengenal Serena lebih jauh dari pada siapa pun. Selama ini Lucien hanya mengunjunginya setiap malam, jadi banyak waktu yang bisa ia gunakan untuk berhubungan dengan Diego melalui ponsel yang di berikan oleh Lucien. Dulu Lucien tidak tahu bahwa Serena terbiasa menggunakan benda itu untuk menghubungi temannya. Tapi, ia rasa hingga kini pun Lucien masih tidak mengetahuinya. Masih banyak yang tidak Lucien tahu tentang dirinya. =-= Di sisi lain, Lucien sedang menodongkan pistol pada pelaku penggelapan pajak di sebuah perusahaan. Orang itu merugikan banyak pihak dan salah satunya adalah perusahaan yang ia tanami saham. “Ucapkan beberapa kata perpisahan, aku mungkin akan berbaik hati menuliskannya sebagai kutipan.” “Tidak, tolong tuanku, ampuni aku. Aku berjanji akan mengganti seluruh kerugianku.” Lucien tertawa. “Kau saja melakukan penggelapan ini karena dirimu miskin, bagiaman mungkin kau akan mengganti semua yang telah kau ambil?” Pria itu berlutut dengan darah menutupi wajahnya. Hasil karya dari anak buah Lucien beberapa saat yang lalu. “Kau tahu sebuah tikus tidak pernah berhenti mencuri walaupun sudah tertangkap perangkap. Karena apa? Karena dia tidak memiliki akal pikiran. Sama sepertimu.” Pria itu menggeleng dengan berlebihan. “Aku bersumpah. Aku berjanji demi anak dan istriku.” “Anak dan istrimu akan hidup lebih baik tanpa dirimu.” Pria itu berteriak lagi meminta ampunan Lucien. Lucien menyerahkan pistol itu pada bawahannya. “Habisi dia.” Perintahnya. Lalu Lucien berjalan keluar dari tempat itu setelah mendengar bunyi letusan kuat dan teriakan menyakitkan dari mulut kotor pria itu. Di dalam mobil menuju perjalanannya ke rumah, Lucien mendapat telepon dari ayah mertuanya. Kenapa sekarang pria tua itu jadi sering mengganggunya, batin Lucien. “Ada apa?” “Aku mendengar sebuah berita dari kediamanmu.” Lucien tahu ke mana arah pembicaraan Antonio. “Anak buahku yang menghadiri acaramu menceritakan hal ini tadi pagi. Apa itu semua benar?” “Semuanya tepat seperti apa yang diceritakan anak buahmu.” “Jadi, Serena mengacau di perayaan penting itu ya. Apa kau masih dapat bertahan dengannya?” Lucien terkejut karena apa yang dilaporkan anak buah Antonio berbeda dengan apa yang ada di pikirannya. Ia kira suruhan pria tua itu akan bercerita bahwa Serena turun menghadiri pesta dan tidak gila. Tapi cerita versi anak buah tersebut berbeda. Dia mengatakan Serena mengacau. Itu artinya Antonio sama sekali tidak menyinggung bahwa Serena tidak gila. Apa ayahnya ini tahu bahwa putri tunggalnya tidak gila? Tapi untuk memastikan itu, ia akan bertanya pada Serena nanti saja. “Aku masih dapat mengatasinya.” Antonio menghembuskan napas perlahan. “Mungkin putriku tidak betah tinggal di sana. Lucien jika kau masih menepati janjimu dan belum menyentuh putriku, ceraikan saja dia. Mungkin aku salah langkah dengan menikahkan seorang anak yang tidak siap dengan hal tersebut.” Mendengar perkataan Antonio membuat Lucien geram. “Tidak.” “Tidak? Mengapa tidak?” Lucien bisa saja berbohong pada Antonio bahwa ia belum menyentuh Serena, tapi ia sama sekali tidak berniat menceraikan wanita itu. sekarang maupun nanti. Ia tidak ingin menceraikannya. Jadi jalan satu – satunya adalah hal yang sedang Lucien pikirkan saat ini, “Antonio, dengarkan aku. Aku sudah menyentuh putrimu. Jadi aku tidak akan menceraikannya sampai kapanpun. Jangan khawatirkan hal itu.” “Tunggu.” Antonio tercengang mendengar pengakuan Lucien. “Apa? Bagaiman bisa kau menyentuh putriku?” Antonio sedikit kesal namun juga ia menahannya karena saat ini Serena memang sudah menjadi istri pria itu. dan itu berkat kebodohan dan keserakahannya sendiri. “Well, seperti layaknya suami istri melakukannya. Tidak ada yang mustahil, bukan? Semua itu dapat terjadi padaku dan Serena.” Antonio masih tidak dapat percaya tapi Lucien tidak memberinya kesempatan untuk bertanya lebih lanjut. “Aku sudah tiba di tempat tujuanku, aku harus bergegas.” Lalu Lucien mematikan panggilan itu. pria itu melangkah ke dalam rumahnya. Setelah seharian ia bertemu dengan banyak kliennya, lalu untuk penutupan ia menghabisi serangga perusahaan kotor tadi. kini, ia tidak sabar untuk bertemu dengan Serena. Tapi, sebelum ia melakukan itu, ia membersihkan diri di dalam kamarnya. Smeoga saja nanti tidak terlalu malam bagi Serena untuk melayaninya karena saat ini dirinya menginginkan berada di dalam tubuh wanita itu.   =-=   Serena baru saja selesai menyikat gigi dan mencuci wajahnya sebelum ia siap untuk tidur. Tapi rencananya tertunda karena Lucien masuk ke dalam kamarnya yang lupa belum ia kunci. Ia tidak tebiasa untuk mengunci kamarnya karena biasanya Lucien hanya akan masuk sekali lalu keluar lagi setelah mengecup keningnya. Nampaknya, setelah kemarin malam semuanya akan berbeda. Pria itu mengenakan kimono tidur berbahan sutera gelap yang panjangnya hanya dapat menutupi lutut sedangkan betisnya yang kuat dapat terlihat dengan jelas oleh Serena. d**a pria itu pun mengintip karena Lucien tidak menalikan baju kimono itu dengan rapat. Rambutnya masih setengah basah dan disisir dengan jari ke belakang. Serena bahkan tahu bahwa pria itu tidak mengenakan apapun di balik kimono tidurnya. “Mengapa kau ke sini?” Tanya Serena sambil melotot pada pria itu. Sebaliknya, Lucien menanggapi pertanyaan wanita itu dengan santai. Bahkan Lucien kini bersandar pada tiang tempat tidur milik Serena.  “Sepertinya kau harus pindah ke kamarku mulai sekarang, tempat ini terlalu kecil untuk percintaan liar kita.” Serena mengerutkan keningnya. “Memangnya siapa yang akan bercinta denganmu lagi?” Lucien menaikkan alisnya karena melihat Serena mulai memancing lagi amarahnya. “Kita tidak akan membahas itu lagi, Serena.” Serena berjalan melewati Lucien menuju pintunya dan memutar kenop itu hingga pintu terbuka. “Benar, kita tidak akan membahas tentang itu jadi sekarang silakan keluar dari sini.” Lucien sedang tidak ingin bermain peran malam ini. Ia hanya menginginkan Serena dalam pelukannya. Pria itu berjalan dan menutup pintu dengan kasar lalu menggendong Serena dan menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. “Hentikan Serena, aku hanya ingin tidur denganmu.” Ucap pria itu saat Serena mulai memberontak. Pria itu menahan kedua tangan Serena di atas kepala wanita itu dengan satu cekalan. “Aku sudah bilang aku tidak ingin tidur denganmu lagi!” “Kalau begitu mengapa kau menggodaku kemarin? Jika aku tidak pernah merasakanmu maka aku tidak akan segila ini menginginkan tubuhmu sekarang!” Serena melihat Lucien murka dan wajahnya menggelap. “Lucien, bahkan ayahku pun membebaskanmu untuk tidak setia padaku. Jadi, sekarang carilah Anne dan tiduri dia. Jangan cari aku!” Lucien mendengus pada perkataan Serena. “Mengapa menurutmu aku akan mau meniduri wanita lain di saat aku memiliki istri seperti dirimu.” “Well, beberapa hari lalu kau masih menginginkan wanita itu bahkan saat setelah kau memilikiku sebagai istri.” Lucien memejamkan matanya menahan kesal. “Kau tahu sendiri alasannya, lagi pula aku tidak pernah meniduri wanita itu maupun wanita lainnya setelah aku menikah denganmu. Aku hanya minta mereka untuk memuaskanku. Tidak untuk aku tiduri.” “Terserah, Lucien. Aku tidak peduli.” “Bagus, kalau begitu mari kita mulai.” Lucien sudah tidak ingin mendengar omong kosong dari Serena. Ia mengabaikan jeritan wanita itu saat satu tangannya melepaskan pakaian Serena satu persatu. Kemarahannya karena Serena menolak dirinya telah membuat telinga Lucien tuli sehingga ia tidak peduli Serena menjerit sekeras apa saat dirinya memasuki tubuh wanita itu dengan keras. Memasukkan kejantanannya yang sudah mengeras sejak tadi dan menikmati kembali rasa hangat dan lembut dari tubuh Serena. Satu tangannya masih menahan kedua lengan Serena sementara lengan satunya menjelajah dan memainkan p******a wanita itu. “Please, Serena. Nikmatilah, kau tahu kita berdua saling menginginkan.” Bisik Lucien pada wanita itu. Setelah Lucien berulang kali menyeburkan lahar panas ke dalam tubuh Serena barulah ia berhenti dan ikut berbaring di sebelah wanita itu. Pria itu menarik Serena yang tidak melawan karena sudah terlalu lemas bahkan untuk mengatakan satu kata pun. “Serena, aku menyakitimu?” Serena memejamkan matanya perlahan air matanya mengalir tapi Lucien tidak dapat melihatnya karena Serena berbaring membelakangi Lucien sambil memeluk guling. Tapi pria itu mendengar isakan lembut wanita itu sehingga membuat dirinya iba dan merasa bersalah. Lucien menciumi punggung Serena berulang kali sambil memeluknya. “Maafkan aku.” Bisik pria itu tapi Serena masih tidak menjawab hingga ia tertidur karena kelelahan. Semenjak kejadian pembantain kejam yang membunuh ibu Lucien dan Valerie, pria itu tidak dapat tidur nyenyak. Bayangan mereka saat matanya memohon pada Lucien yang masih sangat mudah itu agar menyelamatkan mereka dari kelompok mafia yang akan membunuhnya begitu membekas dalam ingatannya. Ia merasa bersalah karena masih hidup di saat mereka berdua, wanita yang ia cintai sudah mati. Sejak saat itu pula ia jarang sekali menikmati waktu malam untuk tidur karena bayangan itu menghantuinya. Tapi semenjak malam pertama ia tidur dengan Serena, semuanya mendadak menghilang. Bayangan mereka berdua tidak pernah muncul dalam mimpinya. Serena menjadi satu – satunya harapan bahwa hidupnya masih dapat di perbaiki. Sehingga ia sakit hati saat wanita yang ia anggap akan memperbaiki dirinya justru malah menolaknya dan menyuruhnya menjauh. Serena membuat dirinya hilang akal. Dalam hal apapun. Bagaimana bisa seorang wanita seperti dia dapat membuat perasaaannya berantakan seperti saat ini? Melihat Serena sudah tertidur lelap, Lucien menarik Serena ke dalam pelukannya hingga wanita itu tidak tersadar sedang bersandar di atas d**a milik Lucien yang penuh dengan otot dan tato. Tangan Lucien mengusap punggung Serena yang tidak tertutup sehelai kainpun. Selimut tipis yang tadi dikenakan Serena telah berkumpul di pinggang wanita itu dan Lucien tidak memiliki niatan untuk membenarkan posisi selimut itu. Ia masih suka memandangi tubuh polos wanita itu dan merasakan kelembutan kulitnya di bawah sentuhan jemarinya. Lucien sudah hampir akan terlelap saat ia mendengar suara ponsel dari suatu tempat. Ia menaikkan kepalanya sambil mencari di mana ponsel itu berada. Berusaha untuk tidak membangunkan Serena yang sudah nyaman di posisinya. Saat sekali lagi suara itu terdengar, Lucien tahu bahwa ponsel itu sedari tadi berada di bawah bantal Serena. Lucien mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu yang layarnya masih menyala lantaran baru saja mendapat pesan baru. Pesan baru? Saat ia membaca nama pengirim pesan itu, Lucien ingin mengumpat dan mengutuki Serena. Ada lebih dari sepuluh pesan yang dikirim oleh pria bernama Diego. Yang tidak pernah Lucien dengar namanya. Sayang sekali Lucien tidak dapat membuka kuncinya maka mematikan ponsel itu dan menaruh di bawah bantalnya alih – alih mengembalikan benda itu ke bawah bantal Serena. Lalu ia mencoba tertidur walaupun nama Diego berputar di benaknya seolah bertanya pada dirinya siapa pria yang bernama Diego dan mengapa Serena berhubungan dengan pria itu.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN