Allegra melangkah gontai memasuki sebuah lift yang akan membawanya ke unit tempat tinggalnya. Setelah mengurung diri di hotel nyaris sehari penuh, akhirnya pria itu keluar dari tempat persembunyiannya. Ya… Alle bisa menyebut itu tempat persembunyian, karena ia memang ingin bersembunyi dari sebuah kenyataan yang membuatnya sakit hati. Ingin terus bersembunyi, tapi ia sadar hidup harus terus berjalan. Dia juga sadar, banyak orang yang kini bergantung pada perusahaan miliknya. Dia tidak bisa mengesampingkan hal tersebut. Menarik nafas panjang berkali-kali, Alle menatap dirinya sendiri dari pantulan pintu lift—berantakan. Kantung mata juga terlihat jelas. Tentu saja, karena ia nyaris tidak berhasil memejamkan mata. Bayangan ketakutan akan kehilangan sosok yang ia sayangi—lagi, membuat pikirann