Sila terduduk lesu dengan tatapan keluar menembus jendela kaca besar di sampingnya. Dia memang sengaja mengambil tempat duduk tepat di samping kaca besar itu, agar bisa mengamati pemandangan hilir mudik kendaraan bermotor—baik yang beroda dua, atau empat. Dokter muda itu mendesah berat. Pekerjaannya dua hari terakhir begitu padat, belum lagi klinik yang semakin ramai didatangangi orang-orang yang berharap mendapatkan kesembuhan, tanpa harus pusing memikirkan biaya berobat. Sudah dua hari juga, ia tidak bertemu dengan Alle. Kekasihnya itu juga sedang sibuk dengan perkerjaannya di negeri sakura. Mereka hanya sempat berkirim pesan beberapa kali dalam sehari. Menanyakan kegiatan masing-masing, serta mengungkapkan kerinduan mereka. Tangannya kembali mengangkat cangkir kopi untuk ia hirup wangin