“... Apa dia nggak akan membujukku pulang?” ─Ayana─ *** “Maafkan aku... Maafkan aku, Rasti... Aku...” pikir telah jatuh cinta dengan adikmu... Ayana tertawa, tapi bukan tawanya yang biasa menyenangkan. Tawa ini bercampur linangan air mata dan cemoohan diri. Apa yang dia pikirkan sebelumnya? Isa mencintainya? Omong kosong! Suaminya ini jelas mencintai Rasti sampai detik ini. “Aku Ayana, bukan kakak.” Ding! Bagai ada lonceng keras yang membangunkan Isa dari mimpi indahnya. Itu benar, Rasti sudah meninggal. Hari itu dia tidak bersama Rasti saat sang istri meregang nyawa. Hari itu dia tidak bersama Rasti dan Bayu... Hari itu... “Apa menyenangkan membuat candaan seperti ini?!” teriak Isa. “Kamu keterlaluan, Ayana!” Isa mengangkat tangannya untuk menampar Ayana, tapi dia masih bisa men