“Saya tidak bisa melakukannya saat mata kamu terbuka.” ─Isa─ *** Isa pulang ke rumah, melihat Ayana duduk di sofa seolah sedang menunggunya. “Akhirnya kamu pulang,” kata Ayana, ada senyum aneh di wajah gadis itu. Isa curiga. Setiap kali Ayana tersenyum kepadanya, akan selalu ada masalah. Terakhir kali gadis itu tersenyum, perusahaannya di ambang bahaya. “Ada apa?” tanya Isa. Ayana berdiri, ingin menampar Isa, tapi pihak lain berhasil menahan tangannya. Ayana kesal karena gagal menampar, maka dia melampiskan ke kaki Isa. Sayangnya, pria itu tidak merasakan sakit di betisnya sama sekali. Malah, dia yang berakhir terdorong ke dinding dan kedua tangannya ditahan di atas kepala. Isa memerhatikan tatapan benci Ayana, dan dia sama sekali tidak mengerti. Apa lagi salahnya sekarang? “Begi