80. Musuh yang Sesungguhnya

2040 Kata

"Gimana sekarang, Bang? Hasil diemnya Abang yang justru memupuk bom waktu," kata Deril. Haidar terdiam. Memang si paling banyak diam, yang nyatanya diam pun tak selalu baik. Diamnya lebih kepada menolak peduli. "Padahal ternyata Abang tau banyak soal masalah di keluarga kita." Deril sedang berkunjung ke kediaman itu, menjenguk sang papa. Yang kini berada di dalam ruang kerja Haidar. Kasihan, takhta dan posisi yang abangnya itu pertahankan telah beralih kepemilikan. Sekarang Bang Haidar resmi menganggur sebab menolak untuk tetap bekerja di perusahaan Samarawijaya, soalnya dengan kedudukan yang lebih rendah. Pikirnya, lebih baik 'log out' sekalian dari sana. Dedikasi hidupnya, prestasinya, ternyata semua itu tak ada arti kalau sedang dalam keadaan begini. Padahal dulu Haidar sangat ker

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN