Rosie berdiri dan berlari untuk memeluk kakaknya. Sayangnya, adegan penuh haru antara dua kakak beradik itu harus terhenti. Karena terlalu bersemangat, Rosie terbatuk dengan hebat. Dylan mendekat dengan cepat, mengusap lembut punggung Rosie sambil berkata, “Kenapa terburu-buru? Kakak tidak akan pergi ke manapun. Ya Tuhan.” Saat batuk itu reda, wajah Rosie sudah Semerah kepiting rebus. Nafasnya berat dan pipinya basah karena air mata. “Duduklah dulu.” Dylan menuntun Rosie duduk, lalu mengambil sesuatu di sakunya. “Makanlah ini. Permen ini mengandung herbal obat-obatan yang baik untukmu. Kakak mendapatkannya dari seorang dokter.” Rosie membuka mulutnya dan dalam sekejap, rongga mulutnya dipenuhi aroma mint yang kuat. Tenggorokannya menghangat dengan cepat. Rasanya sungguh melegakan. Per