“Rosie?” Alan tiba-tiba keluar dari belakang salah satu mobil yang diparkir. Langkahnya cepat dan agak goyah. Wajahnya kusam, dan rambutnya kusut. Meski begitu, matanya tetap memancarkan banyak arti, seolah Rosie adalah seseorang yang sudah lama dia tunggu. Rosie, Anna, dan Dion tidak bisa menahan rasa terkejut. Kemunculan Alan yang tidak terduga membuat ketiga orang itu menghentikan langkah. Refleks, Dion mendekat satu langkah ke arah Rosie. Anna berdecak. Kedua tangannya terlipat di depan. “Kamu belum pulang juga ya? Belum kapok? Kenapa? Masih tidak bisa melupakan Rosie? Jadi kamu masih berusaha menarik perhatiannya?” Rosie menatapnya ringan. Bibirnya berkedut menahan senyum. Kakak iparnya ini memang seorang pelindung sejati. Wataknya ringan dan lidahnya memang mudah berbicara. Tid

