Aaron menatap sang adik dengan lekat. Ia menunggu penjelasan darinya. Hal yang memang sudah sangat Aaron tunggu-tunggu. Dari mulai adiknya ini sadarkan diri. "Ayo cepat, Rin. Bicara! Jangan hanya diam saja!" desak Aaron dengan bola mata yang membulat sempurna. "Mas Dimas pikir, anak yang Arin kandung ini bukan anaknya." Satu kalimat pembuka, yang rasanya ingin membuat Aaron tertawa. Dia yang berbuat, tapi dia juga yang tidak mau mengakui anak itu?? "Bicaralah yang jelas. Sekali lagi mas katakan, jangan ada yang kamu tutup-tutupi. Jangan ada satu hal pun, yang kamu sembunyikan dari mas! Jangan membuat mas merasa sia-sia berada di sini, Rin. Jadi, katakanlah. Apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian! Jelaskan kepada mas secara terperinci tanpa ada satupun, yang kamu tutup-tutupi." Ar