"Yakin?" ucap Aaron sambil mengulurkan tangannya dan mengusap lembut pipi Jesicca. Jesicca mengangguk dengan bibir dilipat dan tanpa menatap Aaron. "Kamu seperti itu mas malah jadi tidak tega untuk pergi." Jesicca menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan, lalu melirik lelaki di dekatnya ini. "Tapi harus tetap pergi kan? Aku juga nggak bisa halangi mas buat pergi dan nggak boleh juga menghalangi. Kasihan adiknya Mas. Aku juga pasti sedih sih, nggak ada yang temani di rumah sakit. Apalagi, sampe nggak ditemani suami sendiri. Rasanya sedih banget." "Jadi, setiap mas tidak temani kamu, kamu sedih juga??" ujar Aaron. "Ya sedih lah! Mana lagi hamil. Maunya ditemenin. Tapi malahan ditinggal-tinggal. Tapi ya mau gimana?? Adik Mas juga butuh kakaknya yang nyebelin ini!" seru Jesic