Melsa terpaksa harus menunggu di sebuah kafe tempat orang – orang biasanya mengobrol dan bersantai sambil minum kopi. Ia ingin membeli beberapa peralatan kuliahnya tadi tapi Alex menyuruh Melsa menunggu pria itu agar bisa ke toko buku yang berada di dalam sebuah mall bersama – sama. Saat Melsa sedang mengaduk frappucinonya, seorang pria menghampirinya. Jika dilihat dengan mata telanjang, Melsa memperkirakan pria itu berumur sekitar tiga puluh hingga tiga puluh lima tahun. Pria itu mengenakan setelan kemeja dan celana kain pas badan. Terlihat rapid an modis dengan rambut yang disisir rapi kebelakang. “Kursi ini kosong?” Melsa mengangguk sambil menengadah menatap pria itu yang memundurkan kursi agar ia dapat duduk di sana. “Ah, perkenalkan. Saya Bobby.” Pria itu menyodorkan tangannya ke