Tapi Melsa tidak puas dengan hanya ciuman. Ia melepaskan kemeja yang dikenakan Reihan dari tubuhnya. Menarik pria itu agar menciumnya lebih dalam. Setelah masing – masing dari mereka kehabisan napas dan menjauhkan wajahnya, Melsa menarik lengan Reihan ke pusat gairahnya. “Sentuh aku, Rei. Kumohon.” “Tapi, Mel…” keraguan terlintas di wajah pria itu. “Please, aku ga kuat lagi.” Jari Reihan mengelus pusat tubuh Melsa dari atas kain tipis yang masih menutupinya. Melsa menurunkan celanannya dan membuat Reihan menelan ludah. Bukan seperti ini yang ia harapkan sebelumnya. Ia tidak ingin melakukan hal ini dengan Melsa karena paksaan obat k*****t itu. Ya, Reihan sudah mengetahui dan mengerti keadaan Melsa. Atau lebih tepatnya penyebab Melsa bertingkah seperti itu. seseorang telah memberikan oba