“Terus apa masalahnya?” Angkasa belum bertemu lagi dengan Pak Hari sejak dirinya bangun dari koma. Hanya mendengar kabar saja kalau Winda meninggal hingga mereka tidak jadi pindah ke London. “Duit buat pencairan Fsetival Kampus harus langsung menghadap dia, jadi lu gak usah ajuin langsung. Biar kita aja.” “Udah mau gitu doang? Ganggu banget lu datang kesini,” ucap Angkasa kesal, minyak dicelananya masih ada. “Sana pulang.” Dengan santainya masuk ke kamar mandi. “Ihhh abang ngagetin,” ucap Bintang yang sedang bersandar di dinding, masih ada sisa sosis di mulutnya. Meskipun mual, rasanya enak hingga Bintang tetap mengunyahnya. “Buka mulutnya.” Angkasa tidak senang Bintang makan di kamar mandi. “Buka mulutnya, Bintang.” “Hoekkkk!” dipaksa malah membuatnya mual. Disisi lain, Sani merin