Dunia seperti terhenti begitu saja bagi Rania, wanita muda itu terpana akan kepiawaian Shaka mengutarakan perasaan yang ada. Di harinya seperti ada secercah harapan yang semula ingin ia redupkan. Sebuah perasaan yang sama seperti yang ia rasakan. Bukan, bukan sebuah cinta yang berlebihan namun ketertarikan karena kedekatan yang sering terjadi tanpa sengaja. Sebuah perasaan yang kadang cukup menyiksa saat hadirnya cemburu secara tiba-tiba. Perasaan yang sulit untuk diungkapkan dari bibirnya sendiri. “Aku nggak bisa percaya.” Rania berkata lirih. “Tentu.” Shaka mengangguk paham. “Semua wanita tidak akan percaya jika belum mendapatkan bukti 'kan?” Jantung Rania kembali berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Menerka dengan seksama apa yang sebenarnya Shaka inginkan. “Bukannya Mas Shaka