“Ma, aku laper banget. Kasih makan dong.” Shaka tiba-tiba menyela sebelum pembicaraan seru itu berlanjut. Ia tak senang karena Rania akrab dengan Jovan. Apalagi ia melihat ekspresi Kakak iparnya itu seolah sangat antusias sekali. Menyebalkan saja. “Ampun deh ini anak, makan aja yang ada di otaknya, Ma.” Kanaya tertawa kecil melihat tingkah adiknya. “Kalau di rumah juga gitu nggak, Rania? Makan terus ya?” Rania tersenyum tipis melirik Shaka yang terang-terangan memasang wajah kesal itu. “Mas Shaka alhamdulillah nggak pernah rewel saya masakin apa aja,” sahut Rania. “Loh iya? Wah, kemajuan pesat, Ma. Anak Mama udah nggak pilih-pilih makanan.” Kanaya tertawa meledek adiknya yang sejak kecil selalu rewel soal makanan. “Tau nggak sih, Rania. Dulu kalau nggak masakan Mama Shaka nggak mau ma