Begitu salat mereka selesai dan doa dipanjatkan, Arafah masih duduk diam di tempatnya, menatap sajadah dengan mata yang berbinar. Arafah baru menyadari betapa sayang Tuhan kepadanya. Bima menoleh, memandang istrinya yang tiba–tiba menjadi kalem lalu tersenyum kecil. "Kenapa, Sayang?" tanyanya pelan. Arafah menggeleng, mencoba menyembunyikan senyum di bibirnya. "Nggak apa-apa, Mas. Aku cuma merasa terharu dan bahagia aja." Bima mengangkat alis, memiringkan sedikit kepalanya agar lebih mudah memandang sang istri. "Kamu nangis, Rafah?" tanyanya kemudian. "Nggak," balas Arafah sesingkat dan sesimpel mungkin. "Aku bahagia." Bima terkekeh, lalu tanpa aba-aba, dia meraih jemari Arafah dan menggenggamnya erat. Tatapannya penuh kasih, begitu tulus. Kemudian tanpa berkata apa-apa pula, Bima m