Arafah terbangun dengan tubuh terasa remuk. Persis seperti menyelesaikan aktivitas berat, otot-ototnya seakan menjerit protes setiap kali dia mencoba bergerak. Perempuan yang busananya entah terlempar kemana itu mengerjapkan mata, mencoba mengusir kantuk yang masih menyelimutinya. Begitu kenangan tentang semalam menyeruak, wajah Arafah langsung memanas. Malam yang begitu intim. Malam yang membuat Arafah memahami sepenuhnya bagaimana menjadi seorang istri bagi Bima. Arafah meraba sisi tempat tidur, mencari keberadaan lelaki yang semalam begitu memanjakannya dengan segala hal. "Mas?" panggilnya, sedikit merengek manja. Tetapi yang Arafah temukan hanyalah kasur kosong—melompong, tidak ada kehangatan tubuh Bima di sana. Keningnya berkerut. "Kemana Mas Bima pagi–pagi begini?" gumamnya bic