Mengubah Takdir.

1290 Kata

Bima melangkah keluar dari ruangan atasannya dengan ekspresi dingin dan hati yang masih dipenuhi amarah yang tertahan. Pembicaraan dengan sang Kolonel barusan benar-benar menguras kesabaran. Dia tidak menyangka perjodohan ini masih terus dibahas seolah-olah pernikahannya dengan Arafah tidak berarti apa-apa. Baru saja Bima menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang entah sejak kapan menjadi semakin familiar. "Mas Bima?" Bima, yang disebut namanya, lantas menoleh. Di ujung lorong, berdiri seorang perempuan dengan postur anggun dan ekspresi tenang. Kirana. Perempuan itu tersenyum tipis, langkahnya ringan saat menghampiri Bima. Tidak ada sorot kemarahan, kekecewa, ataupun benci di matanya—tidak seperti yang Bima bayangkan. "Kita jadi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN