Arafah tersenyum samar tiap kali melihat keakraban antara Bima dan Jihan. Bagaimana kakak beradik itu bercanda, bagaimana Jihan dengan santainya memukul lengan Bima setiap kali mengomel dan tertawa.
Ada kehangatan dalam hubungan mereka yang begitu alami. Namun, jauh di lubuk hatinya, Arafah merasa getir.
Bagaimana jika kehadirannya justru menjadi penyebab keluarga ini terpecah?
Bagaimana jika mereka harus berkompromi, harus menekan rasa demi menerima orang baru seperti dirinya—seseorang yang tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan?
Dia bukan dari keluarga terpandang, bukan dari kalangan berada. Dia hanya seorang perempuan biasa, mantan TKI, yang kini menjadi istri seorang pria luar biasa.
Kedua mertuanya masih sulit untuk ditebak. Tidak ada pernyataan terang-terangan tentang pene
