Hari-hari berjalan dengan rutinitas seperti biasa bagi pasutri baru, Bima dan Arafah. Meski Bima sibuk dengan tugas militernya, mereka selalu menemukan waktu untuk satu sama lain. Sejak kembali dari rumah kedua orang tua dan menuntaskan satu janji yang sudah lama Bima ucapkan, kehidupan pernikahannya menjadi lebih harmonis dan tenang. Setidaknya, untuk saat ini—memiliki satu sama lain adalah kebahagiaan terbesar yang Bima juga Arafah dapatkan. Malam ini sedikit berbeda. Arafah baru saja selesai mencuci piring ketika tiba-tiba dua lengan kekar melingkari pinggangnya dari belakang. "Mau ke mana?" suara Bima terdengar berat di telinganya. Arafah tersentak kecil. "Ya mau ke kamarlah. Kamu tuh, kagetin aja!" Bima tidak menjawab. Lelaki bertubuh jangkung itu justru semakin mengeratkan peluk