Satu-satunya Pemenang.

1136 Kata

Bima menatap ke seberang meja, ke arah tempat duduk Arafah yang hanya menunduk dan memainkan sendok di atas piringnya. Makanan di piring perempuan berkerudung itu masihlah utuh, hanya disentuh sedikit. Bima menghela napas, berusaha menahan kegelisahan hatinya. Dia bisa merasakan ada yang berubah sejak pertemuan dengan Kirana tadi. Baik suasana—maupun sikap sang istri. Tapi Arafah tidak mengatakan apa pun. Dan dia pun, tidak tahu harus mulai dari mana. Bima memilih melakukan hal yang bisa dia lakukan. Sesederhana mendekatkan gelas minum ke hadapan Arafah. "Minum dulu," ucapnya pendek. "Nanti seret." Arafah mengangkat wajah, tampak sedikit terkejut. "Oh—iya," balasnya pendek seraya mengambil gelas, menyesap sedikit, lalu kembali diam. Bima masih menatapnya. Perlahan, tangannya terulur k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN