Angin pantai masih berembus lembut saat Arafah dan Bima berjalan melewati tepi air, tangan mereka saling bertaut erat. Pasir yang lembut terasa hangat di telapak kaki mereka, sementara deburan ombak menjadi latar musik yang menenangkan. Bima tampak jauh lebih rileks dibandingkan sebelumnya. Sejak meninggalkan rumah orang tuanya kemarin, ini pertama kalinya dia bisa benar-benar tersenyum tanpa ada beban yang mengganjal di pikirannya. Namun, mungkin takdir memang suka bercanda. Atau alam semesta sedang menguji ketenangan yang baru saja dia dapatkan. "Mas Bima?" Sebuah suara lembut memecah ketenangan itu. Langkah Bima terhenti seketika. Tangannya yang menggenggam tangan Arafah terasa sedikit menegang. Arafah menoleh ke sumber suara. Di sana, berdiri seorang wanita dengan jilbab panjang