Chapter 4

1602 Kata
Pagi ini Leah berencana menghabiskan waktu di perpustakaan di pusat kota. Membaca beberapa buku bisnis dan buku lainnya. Acara pengangkatannya menjadi pimpinan perusahaan akan diadakan seminggu lagi, jadi ia masih memiliki banyak waktu me time untuk dirinya sendiri sebelum disibukkan dengan pekerjaan. Leah telah siap dengan dress selutut berwarna baby blue, ia mengambil tas kecil yang biasa ia bawa kemana-mana lalu keluar dari kamarnya. “Ma, aku pergi dulu, ya,” pamit Leah kemudian mencium punggung tangan Katie. “Mau ke mana?” tanya Katie heran. Setahunya putrinya ini sedang tidak ada kegiatan di luar rumah. “Perpustakaan, tapi mungkin nanti aku akan main ke Mal.” Leah nyengir kuda menatap Katie. “Main terus, cari jodoh sana,” sahut Katie lalu terkekeh pelan. Leah mengerucutkan bibirnya. “Belum pengin nyari jodoh akutuh,” katanya. Katie tertawa pelan, “Ya sudah. Hati-hati ya. Apa Harry perlu ikut bersamamu?” tanyanya. Leah menggeleng cepat. Harry adalah pengawal pribadinya sejak ia berumur tujuh tahun, setelah kepergian Leon, Anthony mencari seorang bodyguard untuknya. Hampir seluruh hidupnya di awasi oleh Harry, dan Leah tidak ingin kesenangannya hari ini terganggu oleh wajah datar Harry yang dapat membuat mood-nya turun. “Tidak usah, Ma. Aku bisa jaga diri, aku udah besar.” “Baiklah, kalau ada apa-apa langsung telepon, ok?” “Siap, Ma!” *** Dua jam telah Leah habiskan di perpustakaan. Di hadapannya kini ada sebuah novel percintaan yang telah ia baca sejak tiba di perpustakaan pusat kota. Ia tidak jadi membaca buku bisnis, matanya lebih tertarik melihat sebuah Novel Romance. Novel itu memiliki awal kisah yang sedikit menyedihkan, di mana pemeran utama sang wanita di ceraikan oleh suaminya hanya karena sebuah kesalah pahaman. Padahal, si wanita sudah menjelaskan masalah tersebut, tapi tetap saja si pria yang bodoh itu menolak percaya dan malah memercayai bukti palsu yang ia dapat. Namun, di pertengahan kisah Leah tersenyum puas. Si pria bodoh itu akhirnya menyadari kebodohannya dan sangat menyesal. Leah berharap si wanita tak kembali dengan pria itu, bagaimana pun juga si pria sangat jahat dan juga memiliki mulut yang seperti tidak disekolahkan. Terlebih ternyata saat perceraian mereka dulu ternyata membuahkan hasil anak. Tentu saja si wanita tidak memberitahu keberadaan anak mereka dan memilih membesarkan anak itu sendiri. Senyum-senyum kecil sudah sejak tadi muncul di bibir tipis Leah. Ia benar-benar sangat menyukai novel yang sedang ia baca. “Hei.” Leah merasa ada seseorang yang menyapanya, kepalanya ia dongakkan menatap orang itu. Matanya membola melihat sosok laki-laki yang berdiri di depannya. Jason Schulman. “Tuan Jason,” gumam Leah tak bisa menutupi rasa kagetnya. Jason tersenyum singkat. “Panggil Jason saja. Apa kabar, Leah?” Dahi Leah mengerut dalam, ia merasa aneh. Kenapa ia merasa Jason sangat ramah dan ke mana aura menyeramkan itu? “Kenapa diam?” tanya Jason membuyar lamunan singkat Leah. Jason tersenyum manis dan entah kenapa membuat jantung Leah berdebar-debar. “Kabarku baik,” jawab Leah singkat. Mata Jason beralih ke buku yang ada di tangan Leah, ia membaca judul buku itu sekilas. Senyum manis kembali terbit di bibir pria itu. “Kamu suka membaca Novel?” Leah mengangguk dengan kaku, kedua tangannya menutupi judul novel romance tersebut. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Mengikuti dirimu, batin Jason dalam hati. “Ingin meminjam sebuah buku,” jawab Jason enteng. Leah mengangguk-angguk mengerti. “Buku apa?” “Adalah. Tapi buku itu tidak ada di sini ternyata.” Jason menyahut dengan santai. Tentu saja ia tidak dapat menemukan buku itu, ia sendiri pun tidak tahu buku jenis apa yang ingin ia cari. “Sudah waktunya makan siang, mau kah kamu makan siang denganku?” tanya Jason. Dalam hati ia berharap Leah tidak menolak ajakan mulianya. Tidak ada alasan bagi Leah untuk menolak. Leah mengangguk, “Baiklah.” Leah membereskan beberapa buku yang sempat ia ambil walau belum ia baca dan mengembalikannya ke rak dengan rapi. Setelah kegiatan kecilnya selesai, Leah kembali menghampiri Jason yang menunggunya di tempat tadi. “Ayo!” seru Leah. Jason membawa Leah untuk masuk ke dalam mobilnya. Sekarang, Jason memakai mobil yang lain, bukan mobil yang biasanya ia pakai untuk menangkap target. Tentu saja bukan, Leah bukanlah targetnya. Gadis ini spesial. “Apa makanan yang kamu sukai?” tanya Jason dengan mata yang masih fokus menatap jalan raya yang lumayan ramai. “Aku tidak pemilih dalam hal makanan, tapi aku tidak bisa memakan seafood karena alergi,” jawab Leah. Jason mengangguk paham, ia sudah mendapat lokasi yang akan menjadi tempat makan siang spesial mereka. Karena ini pertama kalinya makan bersama. Sepuluh menit kemudian mobil Jason berhenti di halaman luas sebuah restoran mewah. Jason turun duluan kemudian membukakan pintu untuk Leah. “Terima kasih,” gumam Leah yang disahut anggukan singkat Jason. Jason dan Leah berjalan memasuki restoran yang tidak terlalu ramai. Jason mengajak Leah ke sebuah ruangan private. “Hidangkan semua makanan terbaik di restoran ini,” ucap Jason tanpa mau repot-repot melihat buku menu. Sedangkan Leah menatap Jason tak percaya. Pria itu memesan makanan yang banyak, jika tidak habis pasti akan sangat mubazir. “Tapi, Jason, bukankah itu berlebihan? Tidak baik memesan banyak jika ujung-ujungnya bersisa,” ujar Leah dengan suara pelan. Pelayan wanita yang berdiri di sebelah mereka menatap keduanya bingung, apa yang harus ia catat? “Kita memesan sesuai porsi masing-masing saja,” usul Leah. Ia mengabaikan tatapan Jason yang malah menatapnya intens dan sialnya jantungnya kembali berulah karena tatapan itu. Jason tersenyum singkat. “Baiklah, pesanlah yang kamu inginkan.” Leah mengambil buku menu yang diserahkan pelayan itu dan membaca deretan menu dan harganya. Leah meneguk salivanya susah payah. Untuk ukuran baru kenal, Leah sedikit tidak enak memesan makanan mahal yang mungkin akan menguras isi dompet Jason. “Ribeye.” Leah menyebutkan pesanannya kemudian menutup buku menu itu dan meletakkannya kembali di sudut meja. Jason nyarisnya menjatuhkan rahangnya mendengar pesanan Leah yang terlalu murah. “Pesan yang lain,” sahut Jason. Leah mengernyit heran. “Hanya itu yang ku mau,” sahutnya enteng. Jason berdecak pelan, ia menutup buku menu yang ia pegang. Ribeye steak adalah makanan dengan harga yang paling murah di restoran ini, dan Jason benar-benar dibuat kaget dengan Leah yang memesan makanan itu. “Memesan seluruh makanan di restoran ini tidak akan membuatku miskin, jadi jangan kayak orang susah. Pesanlah makanan yang lain.” Sombong sekali, batin Leah. Namun Leah memilih untuk tidak menanggapi ucapan sombong Jason. Leah tidak suka berdebat. “Terserahmu kalau begitu.” Leah menyahut. Senyum Jason kembali mengembang, ia menyebutkan beberapa jenis makanan dan langsung sigap di catat oleh pelayan wanita itu. Tentu saja makanan yang di pesan adalah makanan dengan harga selangit. Kini, Leah memilih tidak mempedulikan isi dompet Jason yang sedikit berkurang karena makanan yang lelaki itu pesan sendiri. Setelah mencatat seluruh makanan yang Jason pesan, pelayan itu pergi menyisakan Jason dan Leah yang diam. Suasana hening melingkupi mereka berdua, Leah memilih mengambil ponselnya dan memainkannya. Ia juga tidak tahu harus memulai topik pembicaraan apa bersama Jason. Beda halnya dengan Leah, Jason malah merasa kesal. Ia merasa diduakan oleh Leah karena gadis itu memilih memainkan ponsel dari pada bicara atau menatap wajah tampannya. “Ceritakan tentang dirimu,” ucap Jason dengan kedua tangan ia lipat di d**a dan punggung ia sandarkan di sandaran kursi. “Tentangku? Contohnya?” Leah mengalihkan fokusnya dari ponsel dan menatap heran Jason. “Apa yang kamu sukai dan tidak sukai, atau tentang keluargamu.” Jason menyahut dengan santai. Sebenarnya Jason sudah mengetahui semua tentang Leah, hanya saja ia sengaja menanyakan itu. Agar gadisnya tidak terpaku dengan benda mati yang pipih itu dan mengabaikan dirinya. Leah mengangguk paham, “Tidak ada yang spesial, aku sama seperti gadis kebanyakan.” Jason memutar bola matanya malas, terlalu singkat sekali jawaban Leah. Jawaban yang sangat tidak memuaskan. “Bagaimana denganmu?” Leah bertanya balik. Ponsel di tangannya sudah berpindah ke atas meja. Seluruh fokus gadis berada pada Jason. “Aku?” “Yeah, tentang dirimu dan keluargamu.” Jason menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak menjawab. Leah mendengus sebal, “Hei, curang. Aku sudah memberitahu walau singkat. Tapi kamu malah menolak menjawab!” serunya jadi kesal. “Tidak ada yang spesial atau patut di ceritakan. Tidak ada yang menarik dari kisahku.” Leah mencibir pelan. “Ah, kamu sangat payah!” Andai Leah tahu di depannya ini adalah seorang psikopat, mungkin ia tidak akan berani mencibir Jason seperti itu. Jason mengangkat bahu acuh. Pelayan datang membawakan pesanan mereka tadi. “Saat makan, tidak usah ada pembicaraan,” ucap Jason. Dia sangat tidak menyukai makan sambil bicara, oleh karena itu ia mewanti-wanti agar Leah tidak mengajaknya bicara saat makan. Leah hanya mengangguk saja. “Iya.” Mereka menghabiskan makan siang dengan khidmat. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang melingkupi suasana di meja mereka. Sebenarnya Leah tidak tahan harus berdiam saat makan, tapi ia tidak ingin mengganggu Jason yang tampak tenang menghabiskan makanannya. Beberapa menit kemudian mereka telah selesai. Leah menatap Jason, menunggu saat-saat Jason pergi dan ia bisa kembali ke perpustakaan atau paling tidak pulang ke rumah. Namun, keinginan Leah itu tak terkabul saat mendengar kalimat Jason selanjutnya. “Hari ini mood-ku tidak bagus, jadi aku ingin mengajakmu nonton. Kamu mau?” tawar Jason. Tidak ada alasan untuk Leah menolak, lagian jika ia menolak ia merasa tidak enak. Bagaimanapun juga Jason adalah rekan kerja Papanya yang sebentar lagi akan menjadi partner kerjanya juga. “Oke,” jawab Leah. Jason berdiri lalu disusul oleh Leah. Mereka meninggalkan restoran dan masuk ke dalam mobil. Jason membawa Leah ke suatu Mal terbesar di kota mereka. Diam-diam, Jason menyeringai puas. Perlahan Leah pasti akan terbuka dan dekat dengannya. Ia akan terus mendekati Leah dan lama kelamaan gadis itu bergantung padanya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN